Menperin Putar Otak Kurangi Ketergantungan Impor, Bagaimana Caranya?

Feby Novalius, Jurnalis
Jum'at 06 Juli 2018 13:58 WIB
Foto: Menperin (Okezone)
Share :

JAKARTA - Pemerintah tengah mencari cara menurunkan impor untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) merilisi dalam dua bulan terakhir neraca perdagangan selalu defisit.

Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, ada yang instan yang bisa digunakan untuk menghemat impor, salah satunya substitusi.

"Nah substitusi impor bahan baku kita dorong untuk investasi, tapi kalau industri yang ada itu kan langsung penghematan devisa. Nah yang bisa langsung penghematan devisa ini yang harus digenjot karena hasilnya instan," katanya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (6/7/2018).

 

Airlangga mencontohkan, Indonesia punya keunggulan ekspor pada industri automotif. Untuk itu, usulan Kemenperin soal PPnBM harus segera 0%, karena pasar ekspor automotif sedangkan kompetitif.

Dengan kompetitifnya sektor automotif, maka bisa dilakukan pertukaran dengan barang impor yang selama ini begitu besar. Misalnya, free trade dengan Australia yang selama ini Indonesia ketergantungan impor terhadap gandum dan sapi.

"Nah kompensasi barang kita paling mudah adalah garmen dan automotif, sehingga bisa segera dipertukarkan karena kita ada kapasitasnya, bukan tunggu investasi lagi, tunggu apa," tuturnya.

 

Untuk detailnya seperti apa? Lanjut Airlangga, hal ini akan dibahas dalam kelompok kerja yang dipimpin Kementerian Koordinator bidang Perekonomian.

"Tentu untuk itu perlu persiapan untuk produksi sedan, persiapan meningkatkan kapasitas garmen. Nah itu dibahas agar kita siapkan working grup untuk detailnya satu per satu," ujarnya.

Selain substitusi impor, cara lain untuk mengurangi impor dengan melihat detail komponen impornya. Misalnya, dari industri tekstil kita lihat unsur impor paling tinggi apa.

"Salah satunya adalah paraksilen, itu petrochimical yang jadi bahan baku untuk TTA, itu bahan baku fiber. Kalau ini di dorong dengan itu ada pabrik dukungnya PPI. Nah itu harus bisa produksi, bisa hemat devisa USD2 miliar satu tahun," tuturnya.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya