Johnson diyakini tidak setuju dengan poin-poin Brexit yang disepakati kabinet, namun hingga Senin siang ia tidak mengeluarkan kritikan secara terbuka.
Editor politik BBC, Laura Kuenssberg, mengatakan mundurnya Johnson mempermalukan PM May dan membuat PM dalam posisi yang sangat sulit
Lura mengatakan Johnson bukan sekedar menteri dan perannya yang sangat instrumental selama kampanye referendum membuka spekulasi dia ingin menjadi pemimpin Partai Konservatif dan sekaligus sebagai PM Inggris.
Wakil ketua Partai Buruh yang beroposisi, Tom Watson, mengatakan bahwa pemerintah hancur.
"Ini jelas-jelas kacau negara terbelah, pemerintah kacau balau," katanya.
Untuk diketahui, Boris Johnson adalah politisi Partai Konservatif yang pernah menjabat sebagai wali kota London selama dua periode sebelum diangkat menjadi Menteri Luar Negeri.