3. Libur panjang Lebaran turut berkontribusi naikan harga telur
Pekerja yang libur membuat kegiatan memproduksi ayam petelur tak dapat dilakukan, maka pasca libur peternak hanya mengandalkan stok ayam petelur lama.
Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Heri Dermawan menjelaskan, kemungkinan peternak libur sejak tanggal 15-22 Juni 2018, di masa itu tak ada kegiatan menghasilkan telur baru atau bibit ayam baru. Maka, proses menghasilkan telur dilakukan sejak 23 Juni 2018, dengan waktu panen yakni satu bulan atau jatuh di 23 Juli 2018.
"Sekarang memang sangat kurang ayam karena tadi. Kan pas H-7 sama H+7 Lebaran, pekerja ingin libur dan harus libur. Kalau kita enggak libur karyawan, kan salah juga," jelasnya.
4. Peringatan pemerintah untuk peternak segera turunkan harga telur
Kementerian Perdagangan melihat adanya potensi pihak-pihak menaikkan margin keuntungan dalam kondisi tersebut. Di mana pelaku dalam mata rantai perdagangan telur ayam paling menikmati keuntungan, terlebih bila mata rantai tersebut cukup panjang, maka akan semakin tinggi harganya.
Oleh sebab itu, pemerintah memberi waktu selama seminggu untuk pihak-pihak yang berada dalam rantai perdagangan telur dapat menurunkan harga. Hal ini bukan berarti harga telur akan langsung jatuh di harga normal, setidaknya harga akan turun secara bertahap.
"Kita sepakat memberikan batas waktu satu minggu. Bukan berarti langsung turun tapi ada penurunan bertahap," tukasnya.
Kendati dalam seminggu tak terjadi penurunan harga seperti yang diinginkan, maka Kemendag akan melakukan intervensi pasar dengan meminta para integrator besar untuk mengeluarkan suplai telur ke pasar, sehingga melakukan penjualan tanpa mata rantai yang panjang.
(feb)
(Rani Hardjanti)