"Itu juga yang membuat kita defisit. Karena tidak melihat secara holistik dan ada jangka pendeknya, menengah, panjang. Ini menjadi isu yang sangat signifikan. Sudah (kepemilikan saham orang Indonesia) tambah kecil, tambah kecil, dan akhirnya akan hilang," tuturnya.
CT mengatakan, saat ini, para investor juga mau 'membakar uangnya' untuk mendapatkan database sebagai investasi jangka panjang. Dia mencontohkan investor Gojek yang rela mengucurkan dana banyak setiap bulan untuk menghidupkan Gojek.
"Tidak kurang tiap bulan Gojek membakar uang lebih dari USD30 juta, hampir Rp400 miliar," ujarnya.
"Untuk apa (investor menggelontorkan dana sebanyak itu)? Untuk dapetin yang namanya database. Dari database itu mereka nanti (investor) mencoba meng-create yang namanya ekosistem. Dari situ mereka mau menguasai ekonomi, kalau ini berhasil," tandas CT.
(Dani Jumadil Akhir)