Dia menjelaskan, kondisi keuangan global berubah karena AS, Eropa, dan negara-negara lain menghentikan kebijakan moneter pelonggaran kuantitatif (quantitative easing /QE).
“Likuiditas yang disebarkan perlahan mereka tarik kembali. Dampaknya, suku bunga dunia naik. Kalau kondisi ini berjalan, artinya keseimbangannya berubah lagi,” ujar Halim.
Ketika kondisi semacam itu terjadi, suku bunga harus dinaikkan mengikuti acuan bank sentral di AS. Kurs rupiah juga terpaksa akan melemah karena uang yang masuk ke Indonesia kembali ke negara asal.
Baca Juga: Orang Indonesia Makin Gemar Menabung, Buktinya Jumlah Rekening Naik