NEW YORK - Kurs dolar AS mencapai tingkat tertinggi 16 bulan terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB).
Hal ini karena investor meningkatkan taruhan untuk kenaikan suku bunga Federal Reserve bulan depan, serta risiko-risiko politik di Eropa memberikan tekanan terhadap euro dan pound.
Ketakutan tentang tidak adanya kesepakatan Brexit dan meningkatnya keretakan di Eropa atas anggaran Italia juga telah mendorong dolar AS menguat.
Baca Juga: Indeks Dolar AS Menguat Usai The Fed Tahan Suku Bunga
Pemilu paruh waktu AS pada Selasa 6 November 2018 menghasilkan kontrol terpisah terhadap Kongres yang mengisyarat bahwa langkah-langkah stimulus fiskal lebih tidak mungkin, memicu gelombang penjualan dalam dolar AS.
Greenback pulih kembali sejak The Fed mengindikasikan bahwa pihaknya akan menaikkan suku bunga pinjaman lebih lanjut karena ekspansi ekonomi AS tetap di jalurnya.
"Meningkatnya ketidakpastian global dan perbedaan imbal hasil (yield) AS yang melebar dengan negara lain memberikan dukungan, tetapi valuasi yang tinggi dapat membatasi keuntungan lebih lanjut," kata kepala strategi investasi global BlackRock Richard Turnill seperti dikutip Antara, Jakarta, Selasa (13/10/2018).
Baca Juga: Rupiah Melemah Lagi ke Level Rp14.820/USD
Posisi net long pada dolar terhadap mata uang G10 pekan lalu naik ke level tertinggi sejak 2015 pada 30,4 miliar dolar AS, menurut data CFTC.
Sebuah indeks yang melacak dolar AS terhadap euro, yen, sterling dan tiga mata uang lainnya naik 0,64% menjadi 97,527. Indeks ini mencapai 97.578 pada Senin pagi, yang merupakan tertinggi sejak Juni 2017.
Kenaikan indeks dolar AS dibatasi oleh aksi jual tajam di Wall Street di mana S&P 500 kehilangan 1,21%.
Perdagangan AS diredam oleh liburan Hari Veteran AS. Sementara Wall Street dan pasar mata uang dibuka untuk bisnis, pasar obligasi AS ditutup.
Baca Juga: Kekuatan Rupiah Mulai Pudar, Pagi Ini Melemah ke Rp14.755/USD
Sterling jatuh karena meningkatnya keraguan atas kemampuan Perdana Menteri Inggris Theresa May untuk mendapatkan dukungan dari Uni Eropa dan partainya sendiri untuk setiap kesepakatan Brexit.
Dengan kurang dari lima bulan sebelum Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019, negosiasi masih terhenti tentang bagaimana mencegah kembalinya ke perbatasan keras (hard border) antara Irlandia Utara yang dikuasai Inggris dan Irlandia anggota Uni Eropa.
Pound turun 0,98% pada USD1,2852 dan euro sedikit lebih rendah terhadap pound di 87,455 pence.
(Dani Jumadil Akhir)