Kampanye Hitam Ganggu Perdagangan di Industri Sawit

Koran SINDO, Jurnalis
Rabu 28 November 2018 09:40 WIB
Ilustrasi Kelapa Sawit (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA – Pemerintah disarankan segera menindak tegas Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan yang melakukan kampanye hitam atau black campaign terhadap industri sawit. Penanganan secara cepat itu harus dilakukan agar dampaknya tidak meluas terhadap neraca perdagangan dan investasi asing.

“Pembiaran terhadap maraknya kampanye hitam bisa mengakibatkan nasib sawit akan seperti komoditas rempah-rempah yang sekarang hanya kita dengar cerita kejayaannya saja,” kata pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira di Jakarta.

Baca Juga: Dibutuhkan Dunia, Minyak Sawit Mentah Jadi Prioritas Perdagangan RI

Apalagi Indonesia terus mengalami defisit perdagangan sejak beberapa tahun terakhir. Dalam perdagangan global, persoalan hambatan dagang dan kampanye hitam terhadap minyak sawit mentah Crude Palm Oil (CPO) bisa dipetakan ke dalam beberapa isu. Di Amerika Serikat isu dumping dan persaingan biofuel lebih mendominasi. Sementara di Uni Eropa, sawit di hadang persoalan lingkungan dan Hak Asasi Manusia (HAM). “Perlu lobi intensif agar persoalan itu, tidak dipolitisasi menjadi kampanye hitam,” katanya.

 

Diketahui, industri sawit memainkan peran penting dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan Sustainable Development Goals (SDGs), di antaranya membantu mengurangi angka kemiskinan, peningkatan kesehatan, memberikan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta penanganan perubahan iklim. Karena itu, semua pihak termasuk LSM yang mengklaim diri bagian dari Indonesia patut menghormati tujuan pembangunan berkelanjutan. Salah satunya mengatur tata cara dan prosedur masyarakat damai tanpa kekerasan, nondiskriminasi, partisipasi, tata pemerintahan yang terbuka serta kerja sama kemitraan multi-pihak.

Baca Juga: Kementerian LHK Evaluasi Izin 15 Juta Ha Lahan

Peneliti Pusat Litbang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Chairil Anwar Siregar berpendapat, kampanye positif jauh lebih beretika, edukatif, serta mendapat dukungan banyak pihak untuk ikut terlibat. “Cara Greenpeace menaiki kapal kargo asing dengan mengatasnamakan aksi damai harus di tinggalkan karena tidak membawa perbaikan serta tidak penting bagi bangsa kita,” kata Chairil. Kampanye lingkungan seharusnya mengarah pada edukasi positif agar berdampak bagi perbaikan lingkungan.

Apa lagi industri sawit punya komitmen dan konsisten melakukan perbaikan dalam segala aspek termasuk lingkungan. “Kalau tujuannya perbaikan lingkungan, banyak cara bisa dilakukan seperti berdiskusi dengan pihak-pihak yang mereka ragukan dengan difasilitasi pihak ketiga,” katanya.

(Sudarsono)

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya