JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat produksi siap jual (lifting) migas Blok Mahakam sepanjang tahun lalu tidak mencapai target.
Berdasarkan catatan SKK Migas, lifting gas Blok Mahakam sepanjang 2018 hanya mencapai 832 juta kaki kubik per hari (mmscfd) atau hanya tercapai 75% dari target APBN 2018 sebesar 1.110 mmscfd. Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan tahun 2017 sebesar 1.286 mmscfd.
Meskipun produksi gas Blok Mahakam anjlok, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyebut capaian Pertamina di Blok Mahakam masih lebih tinggi dibandingkan proyek operator sebelumnya, yakni Total E&P Indonesie.
“Sekarang coba lihat, walaupun turun, masih lebih tinggi dari prediksi penurunan yang diajukan oleh Total,” ujar Arcandra Jakarta.
Baca Juga: Dikelola Pertamina, Kok Produksi Blok Mahakam Turun?
Menurut dia, Pertamina akan terus berupaya menahan laju penurunan produksi di Blok Mahakam. Untuk mencapai target lifting tahun ini, Pertamina telah melakukan berbagai upaya.
“Segala upaya sedang dilakukan dengan direktur hulu yang baru,” katanya.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, penurunan produksi Blok Mahakam disebabkan masa transisi antara Pertamina dan Total E&P tidak optimal.
Adapun Total E&P mengalihkan investasinya sebelum kontrak berakhir. Sementara Pertamina Hulu Mahakam sebagai operator baru tidak melakukan investasi secara signifikan pada 2018. “Investasi tahun-tahun sebelumnya pada masa transisi tidak jalan. Begitu juga dengan investasi pada 2018 yang terbilang masih cukup minim,” ujarnya.
Mantan Dirut Pertamina itu memprediksi produksi Blok Mahakam baru akan meningkat pada 2020. Sementara tahun ini rata-rata masih sama dengan tahun lalu.
“Pada 2018 investasinya tidak banyak sehingga dampaknya belum bisa dirasakan tahun ini. Namun, 2019 ini rencana pengeboran cukup banyak sehingga baru akan berdampak tahun depan,” ungkapnya.
Sementara itu, Pertamina telah menganggarkan investasi di Blok Mahakam pada 2018 sebesar USD 700 juta, sedangkan untuk biaya operasi dianggarkan sebesar USD1,7 miliar atau mencapai Rp23 triliun.
Terdapat sejumlah kegiatan yang dikerjakan Pertamina pada investasi di Blok Mahakam selama 2018, di antaranya mengebor 69 sumur pengembangan, workover 132 sumur, dan perawatan 5.623 unit sumur. Lalu, pengembangan lanjutan (Plan of Further Development/ PoFD) untuk 5 lapangan.
Kontrak Blok Rokan Diteken Akhir Januari
Pemerintah menargetkan penandatanganan kontrak kerja sama bagi hasil gross split Blok Rokan ditandatangani akhir bulan ini. Hal itu lantaran PT Pertamina (Persero) telah memenuhi persyaratan kontrak yakni membayar bonus tanda tangan dan jaminan pelaksanaan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, pembahasan kontrak kerja sama memakan waktu sekitar dua minggu.