"Italia itu yang menjadi sorotan. Italia itu rasio utang terhadap PDB-nya di atas 100% tapi dia ingin defisitnya di atas 2,4%," tutur dia.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menilai, negara seperti Italia yang relevan untuk mengurangi utang pemerintahnya, sebab harus menjaga keseimbangan fiskal dengan mengurangi defisit.
"Bagaimana kurangi defisit dan utang tanpa membuat pertumbuhan ekonomi melemah. Kalau pertumbuhan ekonomi melemah, utangnya menurun, maka artinya rasio utang tidak akan menurun," papar dia.
Di sisi lain, kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia juga terjaga di 5%. Sehingga pernyataan IMF tersebut dinilai tidak relevan untuk Indonesia. "Indonesia sekarang pertumbuhan ekonomi di atas 5% dan defisit (APBN) di bawah 2% jadi tidak relevan statement (IMF) itu untuk Indonesia," kata dia.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)