Hadapi Musim Panen, 900.000 Unit Pengering Jagung Disiapkan

Koran SINDO, Jurnalis
Rabu 23 Januari 2019 10:50 WIB
Foto: Panen Raya Jagung (Dok Kementan)
Share :

JAKARTA – Pemerintah menyiapkan 900.000 unit alat pengering (dryer) untuk mengantisipasi penyerapan jagung dan padi dalam menghadapi musim panen.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, puncak panen jagung diperkirakan terjadi pada Februari hingga April bersamaan dengan panen padi.

“Kita fokus jagung karena empat hari lalu di Probolinggo ada satu hamparan 2.000-3.000 hektare, harganya Rp4.000 di tingkat petani. Nanti mulai masuk panen puncak ini bisa lebih murah sehingga kita melakukan antisipasi dari sekarang,” ujarnya di Jakata, kemarin.

 Baca Juga: Bos Bulog: Impor Jagung 30.000 Ton Tidak Wajib

Amran mengatakan, Perum Bulog juga akan menyerap pada puncak panen ini untuk stok persiapan bulan Oktober.

“Dulu cuma beras. Sekarang juga serap jagung dan disimpan untuk masa paceklik saat panen lebih rendah,” ungkapnya.

Dia menambahkan, pihaknya masih menyiapkan harga pokok penjualan (HPP) untuk jagung. HPP ini akan mencakup kepentingan petani dan peternak sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

“Nanti kita hitung volumenya agar peternak dan petani tidak rugi,” tuturnya.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, pihaknya sudah memetakan beberapa wilayah untuk penyerapan jagung. Adapun daerah sudah dipetakan antara lain Garut, Tasikmalaya, Ciamis, hingga daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Kita mengikuti pola-pola panen dan kita serap sesuai wilayah,” tuturnya.

 Baca Juga: Impor 30.000 Ton Jagung Bisa Dibatalkan Jika Penyerapan Panen Raya Cukup

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, harga yang ditetapkan untuk Bulog menyerap jagung sebesar Rp3.150 per kilogram (kg). Sementara harga jual sebesar Rp4.000 per kg.

“Sesuai HPP, penjualan Rp4.000 per kg. Kalau penyerapankan ada persentase berapa persen keringnya dan segala macam. Itu kalau tidak salah Rp3.150 per kg,” ujarnya.

 

Impor 731.000 Ton Jagung untuk Industri

Sementara itu, Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Bambang Sugiharto menjelaskan, impor jagung 730.918 ton jagung pada 2018 adalah untuk bahan baku industri makanan dan minuman, gluten, dan sweetener, bukan untuk pakan ternak. Selain impor, tahun 2018 pun Indonesia mengekspor jagung total 341.000 ton.

“Penting untuk menjadi catatan kita semua bahwa empat tahun lalu, Indonesia impor jagung 3,5 juta ton nilainya Rp10 triliun. Kemudian 2016 impor menurun drastis hingga 2017 tidak ada impor jagung pakan ternak. Pada 2018 kita ekspor 341.000 ton. Artinya tahun 2018 produksi jagung surplus. Jadi, kita harus holistik melihat kondisi jagung,” kata Bambang di Jakarta, kemarin.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya