Fokuslah pada Bagaimana Anda Bekerja, Bukan Kenapa

Agregasi BBC Indonesia, Jurnalis
Jum'at 01 Februari 2019 15:03 WIB
Bahaya Kerja Berlebihan (Foto: Boldsky)
Share :

JAKARTA - Ada beberapa cara praktis yang bisa diterapkan agar Anda bisa merasa lebih puas, dan tidak terlalu gelisah, dalam pekerjaan. Kenapa pekerjaan modern begitu tidak memuaskan? Apakah kita salah karena fokus pada 'kenapa' kita bekerja, padahal yang sebenarnya kita butuhkan adalah menjawab 'bagaimana'?

Melansir BBC, Jakarta, Jumat (1/2/2019), jika kita menciptakan pekerjaan hari ini, kita akan kesulitan untuk memikirkan sesuatu yang begitu tidak memuaskan seperti pekerjaan di awal Abad 21. Rangkaian rapat tanpa akhir yang membuat kita bisa melupakan nama kita sendiri dan email yang tampak identik dengan yang sudah kita bereskan kemarin, semuanya dilakukan di tengah kebisingan kantor dengan tata letak terbuka.

Saya telah menghabiskan dua tahun terakhir untuk meneliti dan menulis buku tentang mengembangkan budaya tempat kerja modern dan yang saya temukan adalah pengingat akan apa yang perlu diperbaiki.

Baca Juga: Teknologi Bisa Jadi Senjata Atasi Krisis Pekerja Terampil

Tantangan tempat kerja modern adalah lebih dari sekadar gangguan, tapi sesuatu yang lebih substansial. Yayasan Kesehatan Mental di Inggris menemukan bahwa 74% warga Inggris pernah merasa kewalahan oleh stres pada tahun lalu, dengan pekerjaan sebagai penyebab utamanya.

Tidak mengherankan memang. Sejak kita semua mulai membaca email di telepon genggam, jam kerja rata-rata telah bertambah sebanyak dua jam. Berdasarkan beberapa estimasi, para pegawai yang diharapkan untuk tetap terkoneksi dengan kolega mereka menghabiskan 70 jam terhubung dengan kantor setiap pekan. Setengah dari orang-orang yang menambah dua jam ekstra pada jam kerja mereka menunjukkan tingkat tertinggi stres yang bisa tercatat.

Itulah sebabnya khotbah dari orang-orang yang menyebut dirinya sendiri sebagai visioner, seperti Simon Sinek, tampaknya semakin tidak cocok dengan pengalaman orang-orang di tempat kerja.

Ketika 'kenapa' tidak cukup

Sinek mendapatkan ketenaran dan pengakuan dari keyakinannya bahwa kaum milenial perlu memahami 'kenapa' mereka bekerja sebelum berkomitmen pada kerja keras yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut. "Perusahaan besar tidak mempekerjakan orang yang terampil dan memotivasi mereka, tapi merekrut orang yang sudah termotivasi dan menginspirasi mereka," kata Sinek.

Inspirasi tersebut berupa memberi tahu mereka 'kenapa' mereka melakukan pekerjaan itu. Tetapi semakin jelas bahwa fokus tunggal pada tujuan menciptakan disonansi dan ketidakpuasan di kalangan pegawai.

Baca Juga: Banyak Pekerja China di Morowali, Ini Jawaban Menko Luhut

Para pekerja dari segala usia dihadapkan pada rekonsiliasi dengan 'masalah dunia pertama' yang paling utama: "Kenapa saya bisa bekerja di organisasi dengan tujuan yang mulia ini dan masih belum merasa bahagia?"

Semakin banyak perusahaan mendapati para pegawai minta penjelasan tentang perbedaan antara yang dijanjikan kepada mereka sebagai calon pegawai dan realitas pekerjaan mereka. Peristiwa mogok kerja di Google pada 2018, menyusul artikel blog Susan Fowler, menjadi salah satu tonggak di jalan panjang ketidakpuasan di tempat kerja kendati ada jawaban yang mulia untuk pertanyaan 'kenapa'.

Semakin jelas bahwa sementara fokus pada 'kenapa' mungkin menciptakan visi yang menarik bagi seorang CEO jagoan untuk memimpin dari belakang, itu tidak membantu para pekerja yang merasa dihancurkan dengan kelelahan di meja mereka.

Sudah saatnya bagi kita untuk beralih dari keberanian semata yang dilambangkan dalam pertanyaan 'kenapa' ke diskusi yang relatif biasa saja tentang 'bagaimana': 'Bagaimana saya bisa merasa lebih puas dan tidak terlalu cemas dalam pekerjaan saya?'

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya