Di sejumlah negara berkembang, BUMN menjadi salah satu alat efektif untuk pembangunan. Steve Koch, profesor ekonomi dari Universitas Pretoria, mengungkapkan, negara yang sukses mengelola BUMN di Eropa antara lain Norwegia.
“Kesuksesan itu dikarenakan para pengelolanya memiliki kemampuan manajerial dan otonomi yang luas. Di Norwegia, semua pemegang saham juga memiliki hak yang sama," kata Koch seperti dilansir The Conversation.
Beberapa BUMN di Norwegia seperti Argentum Fondsinvesteringer bergerak di bidang investasi, Baneservice di bidang infrastruktur kereta, dan perusahaan kereta api Flytoget. Kepemilikan saham pemerintah pada BUMN itu dikelola melalui Folketrygdfondet dalam skala domestik, sedangkan untuk skala internasional melalui The Government Pension Fund of Norway.
China memang tetap mengambil perhatian dunia, termasuk dalam urusan BUMN. Di bawah pemerintahan Presiden Xi Jinping mereka mampu mendorong BUMN-nya bergerak global dan mendorong perekonomian dalam negeri. China mengadopsi model BUMN Singapura sejak 1990-an. Awalnya China mengalami banyak kesulitan.
"China mendirikan Assets Supervision and Administration Commission (SASAC) yang merestrukturisasi 75,4% ekuitas BUMN dan meninggalkan ruang sedikit bagi investor," kata Ryan Rutkowski dari Peterson Institute For International Economics.
Apa yang menjadikan Temasek sebagai salah satu BUMN sukses di Singapura dan menjadi model bisnis di berbagai belahan dunia? Mantan Presiden Singapura Tony Tan mengungkapkan, kesuksesan Temasek Holdings karena memiliki konsep sebagai pemegang saham dan pemilik komersial yang mengendalikan investasi raksasa. Itu bisa membantu Singapura bergerak maju sebagai bangsa.
Temasek sepenuhnya dikuasai Kementerian Keuangan Singapura yang memiliki komitmen terhadap meritokrasi, disiplin komersial, dan akuntabilitas. "Itu menjadikan Temasek sebagai perusahaan yang menjadi juara di lingkup regional dan global," ujar Tony Tan seperti dilansir Today Online.
(Dani Jumadil Akhir)