JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut pencekalan terhadap kelapa sawit tidak masuk diakal. Bahkan dirinya mencurigai jika pencekalan terhadap unsur politik yang dilakukan oleh Amerika Serikat maupun Eropa untuk menjatuhkan sawit.
Amerika Serikat sendiri memiliki produksi minyak nabati kedelai. Sementara Eropa juga memiliki minyak nabati biji bunga matahari sebagai pesaing sawit.
"Kita tahu bahwa di dunia ini ada beberapa produk yang sama sama menghasilkan minyak nabati. Selain kelapa sawit tentu ada minyak bunga matahari, minyak kedelai macam-macam," ujarnya dalam acara konferensi pers di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (4//2/2019).
Baca Juga: Menko Darmin Sebut Sawit Jauh Lebih Efisien Dibanding Minyak Nabati Lainnya
Menurut Darmin, mungkin saja alasan utama pencekalan ini adalah karena sawit sebagai produk yang berbahaya sebagai penantang minyak nabati mereka. Apalagi, minyak sawit juga cukup banyak sekali yang menggunakan produk sawit.
Adapun proporsi penggunaannya adalah 75% untuk industri pangan. Sementara sisanya 25% untuk industri kosmetik, produk pembersih dan biofuel.
Selain itu menurut dia, minyak sawit jauh lebih efisien dibandingkan minyak nabati lainya. Disebut efisien karena memang tidak membutuhkan lahan yang luas untuk menghasilkan 1 ton minyak sawit.
Hal tersebut berbeda dengan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai dari Amerika Serikat ataupun minyak biji bunga matahari dari Eropa.Sebagai perbandingan, untuk memproduksi 1 ton minyak nabati sawit hanya membutuhkan lahan 0,26 hektare (ha).
Sementara itu, untuk sumber minyak nabati lainya seperti biji bunga matahari membutuhkan 1,43 ha untuk memproduksi 1 ton. Sementara minyak nabati kedelai yang berasal dari Amerika Serikat, untuk menghasilkan 1 ton minyak kedelai dibutuhkan lahan sekitar 2 ha.
"Jadi perimbangannya diperlukan lahan sampai dengan 8 atau 9 kali lipat lebih luas untuk tanaman lainnya menghasilkan 1 ton minyak nabati dibanding sawit," kata Darmin.
Baca Juga: Hasil Penelitian Minyak Sawit Indonesia, Ini Rinciannya
Melihat, efisiensi lahan dari kegiatan kelapa sawit semakin membuktikan bahwa kelapa sawit adalah pilihan utama minyak nabati di masa depan. Saat ini, produksi minyak nabati dunia mencapai 165 megaton.
Sementara kebutuhan 2050 mendatang akan naik 112,12% menjadi 310 megaton. Artinya akan semakin banyak lahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan minyak nabati jika sawit dicekal.
"Artinya memahami bahwa kebutuhan minyak nabati dunia masih akan meningkat terus sampai 2030-2040-2050 kalau kelapa sawit misalnya tidak ditambah luasnya maka akan dibutuhkan lahan luas sekali untuk memenuhi minyak nabati jenis lainnya," katanya.
(Dani Jumadil Akhir)