"Ketika saya masih di sekolah dasar, Jepang menjatuhkan bom di Chaozhou," kenang Li seperti dilansir Forbes, Jakarta, Kamis (14/2/2019).
Mereka menetap di dekat Hong Kong pada tahun 1940, tetapi tidak lama setelah kedatangan mereka, ayah Li meninggal karena TBC. Pada usia 12, Li harus berhenti sekolah untuk bekerja di pabrik plastik untuk menghidupi keluarganya.
Pada tahun 1950, Li berhenti untuk memulai bisnisnya sendiri membuat mainan plastik, dan kemudian memperlengkapi kembali pabriknya untuk fokus pada bunga plastik.
Dia menamai perusahaan pertamanya Cheung Kong, setelah Sungai Yangtze, yang kekuatannya berasal dari pertemuan sungai kecil yang tak terhitung jumlahnya.
Li mengumpulkan jaringan bisnis yang sekarang mengendalikan sejumlah besar Hong Kong, menangani banyak lalu lintas di pelabuhan, membangun banyak tempat tinggal dan melakukan investasi dalam segala hal mulai dari utilitas listrik hingga ritel.
Baca Juga: Orang Tajir Hong Kong Lebih Banyak dari New York