Tarif LRT Jabodebek Diusul Flat Rp10.000

JAKARTA - Tarif kereta api ringan atau Light Rail Transit (LRT) Jabodebek dipatok sebesar Rp12.000 per sekali jalan. Tarif tersebut dipatok berdasarkan perhitungan kemampuan beli masyarakat.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Transportasi Darmaningtyas mengatakan, seharusnya tarif LRT Jabodebek bisa lebih murah. Dirinya mengusulkan jika tarif LRT Jabodebek bisa berada di angka Rp10.000 flat.

 Baca Juga: Tarif LRT Jabodebek Jauh Dekat Rp12.000

Dengan tarif Rp10.000 artinya pemerintah harus menambah kembali subsidinya. Sebab ada selisih sebesar Rp2.000 yang harus ditombok oleh operator dalam hal ini PT KAI

"Kalau saya condongnya flat Rp10.000 flat. Tapi subsidi nambah," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Jumat (13/2/2019).

Menurutnya, penambahan jumlah subsidi tersebut seharusnya tidak masalah jika dilihat dari dampak ekonomi ke depannya. Karena jika membiarkan tarif tersebut mahal maka masyarakat akan kembali menggunakan kendaraan bermotor dan mobil.

 Baca Juga: Pembangunan LRT Jabodebek Baru 58%

Sedangkan jika menggunakan kendaraan bermotor dan mobil, kemacetan juga tidak bisa terbendung. Kemacetan yang parah di Jabodebek akan berdampak pada produktivitas yang menurun.

Seperti yang diketahui, dampak kemacetan yang terjadi di Jabodetabek menimbulkan kerugian sebesar Rp65 triliun. Angka tersebut merupakan hitungan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang diterima oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Tapi itu jauh lebih baik dibandingkan kendaraan bermotor dibiarkan itu kerugiannya jauh lebih besar," katanya.

Sebagai informasi, PT Kereta Api Indonesia (KAI) buka suara terkait tarif kereta ringan Light Rail Transit (LRT) Jabodebek. KAI bersama dengan PT Adhi Karya (Persero) sepakat jika tarif LRT sebesar Rp12.000.

 Baca Juga: LRT Jakarta Beroperasi Akhir Februari

Kepala Divisi LRT Jabodebek PT KAI John Roberto mengatakan usulan Rp12.000 tersebut nantinya akan bersifat flat. Artinya, jauh dekat nantinya tarif LRT Jabodebek akan dipatok Rp12.000 untuk sekali jalan.

John menambahkan, tarif Rp12.000 itu juga berdasarkan perhitungan dari kemampuan beli masyarakat. Artinya tarif tersebut sudah memperhitungkan daya beli masyarakat daerah tersebut dan juga angka inflasinya.

"Sehingga ditawarkan Rp12 ribu tarifnya. Jadi sekali jalan," ujarnya.

(Dani Jumadil Akhir)