BANDUNG – Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tahun ini optimistis kinerja kredit tumbuh dua digit melihat potensi baiknya sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (DPP Perbarindo) Joko Suyanto menyatakan, saat ini jumlah masyarakat yang sudah terhubung dengan BPR mencapai 17 juta rekening. Mayoritas mereka adalah pelaku usaha mikro kecil dan menengah.
Saat ini, kata dia, outstanding kredit BPR di Indonesia sekitar Rp97 triliun. Pembiayaan BPR juga mayoritas diakses pelaku UMKM. Tahun ini kinerja BPR optimistis tumbuh dua digit, di atas pertumbuhan industri nasional.
Baca Juga: BPR Harus Mampu Mandiri dan Berinovasi untuk Kemajuan Daerah
“Kami optimistis kinerja kami bergerak dan terus tumbuh. Kami targetkan pertumbuhan kredit 10 hingga 15%. DPK (dana pihak ketiga) juga menyesuaikan,” kata Joko seusai Musda VI Perbarindo DPD Jabar dan seminar peran BPRBPRS mitra UMKM di Hotel El Royale, Jalan Merdeka, Kota Bandung, Jawa Barat, kemarin.
BPR, kata dia, memiliki kelebihan akses hingga nasabah kelas bawah. Beberapa BPR fokus menggarap market di pelosok desa dan kecamatan, dimana perbankan konvensional belum masuk. Menurut Joko, maraknya dana tunai dari perusahaan financial technology (fintech ) tidak berpengaruh besar terhadap kinerja BPR. Masing masing memiliki kelebihan. Nasabah BPR yang mayoritas usaha mikro dan kecil masih membutuhkan pelayanan tatap muka.
“Fintech memang ada pengaruhnya. Tapi, kami yakini bahwa BPR punya pangsa yang berbeda dengan fintech . Kami kan fokus membina UMKM ke daerah,” pungkas dia.
Baca Juga: OJK Cabut Izin BPR Bintang Ekonomi Sejahtera
Fintech , kata dia, bisa saja membidik UMKM di daerah, tapi mereka akan terbatas persoalan sustainability. “Kalau kami BPR tak hanya memberi pinjaman, tapi juga melakukan pendampingan,” katanya.
Dia pun berkeyakinan BPR ke depan akan terus bertumbuh. Bankir BPR tidak perlu khawatir ketatnya persaingan dengan fintech atau bank konvensional. BPR, kata dia, mestinya bisa bermitra dengan bank konvensional untuk menggarap market bawah.
(Feby Novalius)