Tjipta Lesmana juga menyinggung ekspor Indonesia ke Argentina berupa kelapa, kakao, cengkeh, kapas, pala, kelapa sawit, karet dan lainnya yang mencapai lebih dari Rp600 miliar. Ekspor buah ke Argentina juga mulai dirintis oleh Kementerian Pertanian (Kementan).
Hal lain yang juga digaris bawahi oleh Tjipta Lesmana adalah kenaikan sangat signifikan dalam investasi di sektor pertanian. Jika pada 2013 investasi sek tor pertanian hanya Rp29,3 triliun, tahun 2018 mencapai Rp61,6 triliun.
Total investasi sektor pertanian secara kumulatif dari 2013 hingga 2018 mencapai lebih Rp250 tri liun. Masih menurut angka BPS, pemerintahan Jokowi juga berhasil menurunkan tingkat kemiskinan di pedesaan.
Menurut BPS, Nilai Tukar Petani (NTP) Pertanian 2018 sebesar 102,46, naik 0,42% dibandingkan tahun 2014 sebesar 102,03. Memang diakui oleh Tjipta, kenaikan ini belum menggembirakan, sehingga semua pemangku kepentingan di bidang pertanian masih harus bekerja lebih keras lagi untuk meningkatkan kesejahteraan kaum tani.
“Dari aspek pemberantasan korupsi, kami kira Kementan era Jokowi sudah menggoreskan prestasi yang pantas dibanggakan. Amran Sulaiman bahkan berani mengundang KPK untuk berkantor di Kementan, memeriksa langsung tata-kelola di kementerian tersebut,” tutur Tjipta.
Di era sebelumnya, sambungnya, Kementan terkenal sebagai salah satu kementerian yang ‘kotor’. Untuk itu, KPK telah memberikan penghargaan khusus kepada Kementan.
Sementara itu, pada 2016 BPK mem berikan status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) kepada Kementan, antara lain, karena tata kelola administrasinya yang dinilai bagus dan trans paran.
“Tentang swasembada beras, analisis Bhima, tampaknya, juga harus dikoreksi.
Apakah betul Indonesia sam pai sekarang masih gagal mencapai swasembada beras? Yang dicatat sebagai data oleh Bhima mung kin impor beras pada 2018 sekitar 3 juta ton. Padahal impor tersebut hanya diperuntukkan bagi kebutuhan industri tertentu seperti pakan,” bebernya.
Sampai sekarang beras yang diimpor tahun 2018 masih disimpan di gudang alias belum di konsumsi.
“Tapi, pada tahun 2016-2017 Indonesia benar-benar tidak impor beras,” imbuhnya.
Secara keseluruhan, Tjipta menegaskan prestasi Kementan di bawah kepemimpinan Andi Amran Sulaiman sulit dibantah. Presiden Jokowi sen diri beberapa kali secara terbuka memuji kinerja Amran Sulaiman.
“Bahwa di sana-sini ada suara miring yang menghantam Pak Amran. Ini boleh jadi bermotifkan politik untuk mem pengaruhi Presiden Jokowi mencopot Amran pada kabinet barunya pascadilantik 20 Oktober 2019 mendatang,” tegasnya.
Lebih lanjut Tjipta menyebutkan pelantikan presiden dan wakil presiden hasil Pemilu 2019 masih lima bulan lagi. Tapi kasak-kusuk tentang susunan kabinet baru sudah merebak di masyarakat.
“Bisa saja sudah ada orang-orang yang ngebet jadi Menteri Pertanian dengan membonceng pengamat dan akademisi tertentu untuk menjatuhkan Amran. Ya kita buktikan saja nanti apakah Amran dilengserkan atau tetap dipakai Jokowi sebagai Menteri Pertanian,” katanya.
(Dani Jumadil Akhir)