JAKARTA – Pembangunan jembatan penghubung (skybridge) Stasiun LRT Velodrome, Rawamangun dengan Halte Transjakarta Pemuda Rawamangun dikebut. Jembatan tersebut mengintegrasikan moda transportasi massal seperti halnya di Stasiun MRT ASEAN yang terkoneksi dengan halte Transjakarta koridor XIII Ciledug-Tendean.
“Kita lagi kejar jembatan koneksinya, dari area berbayar ke area berbayarnya halte Transjakarta. Jadi enggak perlu ke luar stasiun,” ujar Direktur Proyek LRT dari PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Iwan Takwin kemarin.
Baca Juga: Dapat Lampu Hijau, LRT Jakarta Siap Dioperasikan
Percepatan pembangunan skybridge sambil menunggu pengoperasian perdana light rail transit (LRT) Kelapa Gading-Velodrom.
Saat ini proses pembangunan jembatan mencapai 60%. Dia optimistis akhir bulan ini atau paling lambat sebelum Lebaran LRT dapat dioperasikan. Adanya integrasi antara Transjakarta dan LRT, penumpang bisa berpindah moda transportasi tanpa harus turun maupun keluar dari stasiun dan halte.
“Jadi pelayanannya bukan hanya 6 kilometer, melainkan sudah terintegrasi dengan Transjakarta sampai Dukuh Atas,” kata Iwan.
Berdasarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 34 Tahun 2019 tentang Tarif Angkutan Perkeretaapian MRT dan Kereta Api Ringan/LRT, tarif LRT ditetapkan Rp5.000.
Baca Juga: Transjakarta Akan Sediakan Bus Terintegrasi Stasiun LRT
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menuturkan masih menyelesaikan syarat administrasi seperti sertifikasi depo dan rekomendasi teknis LRT.
“Yang sudah diterbitkan Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan adalah rekomendasi teknis untuk prasarana jalan stasiun dan safety asessment untuk pengoperasian. Untuk depo belum ada rekomendasi teknis dan sertifikasinya,” ujar Anies.
Meski belum rampung, dia optimistis LRT dapat beroperasi akhir Mei atau sebelum Lebaran. “Hasil monitoring evaluasi dari Dinas Perhubungan ter kait LRT masih ada beberapa per syaratan yang harus dipenuhi. Mudah-mudahan kalau kemarin kasus MRT juga begitu semua dikejar last minute,” kata mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu.
Sebelumnya, Anies mengatakan salah satu tantangan di Jakarta hari ini adalah bagaimana membuat sebuah sistem transportasi umum massal yang terintegrasi sehingga antar moda transportasi menjadi sebuah kesatuan.
Konsekuensinya bagi warga bisa berangkat dari mana saja, bisa transfer dengan mudah untuk tujuan ke ma na saja. Integrasi harus dimulai sejak perencanaan karena di dalam perencanaan tidak dimasukkan kata integrasi, sehingga masing-masing operator moda transportasi memikirkan bagiannya sendiri.