JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada April 2019 mengalami defisit USD2,5 miliar. Defisit ini menjadi yang terbesar selama BPS merilis data neraca perdagangan. Laju ekspor Indonesia mencapai USD12,60 miliar atau turun 10,8% dibandingkan Maret 2019. Sedangkan impor sebesar USD15,10 miliar atau naik 12,25% dibanding Maret 2019.
Salah satu yang menjadi penyebab dari angka defisit sendiri adalah impor migas yang naik sekitar 46,9%. Sementara ekspornya justru mengalami penurunan sebesar 34%.
Menanggapi hal tersebut Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, memang ada peningkatan dari sisi volume impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Menurutnya, kenaikan volume impor BBM ini adalah untuk menjaga stok pada bulan puasa dan Lebaran.
"Namun demikian impor BBM naik untuk jaga ketahanan stok bulan Ramadan dan Lebaran. Jadi volume naik impor," ujarnya saat ditemui, Jakarta, Jumat (17/5/2019).
Meskipun begitu, lanjut Arcandra, pada bulan selanjutnya setelah Lebaran dirinya meyakini impor migas bisa turun. Sebab, kebutuhannya tidak lagi sebanyak saat periode bulan puasa dan Lebaran.
"Tadi dibahas juga bulan depan, ada kemungkinan atau harapan bahwa akan turun impor volume BBM. Karena setelah puasa dan lebaran yang 5-6 Juni dan beberapa hari kemudian yang gunakan BBM untuk mudik. Nah Juni turun sedikit kira kira, yang gasoline," jelasnya.