Digempur Produk China, Perajin Logam Ini Tetap Eksis Cetak Omzet Rp50 Juta/Bulan

Widi Agustian, Jurnalis
Minggu 19 Mei 2019 18:16 WIB
Foto: Pengolahan Logam di Desa Cibatu, Sukabumi
Share :

Digempur Produk China

Pak Haji bercerita, persaingan dalam bisnis kerajinan logam sekarang ini sangat ketat. Terutama akibat masuknya produk China. Untuk kualitas, dia menyebut, produk miliknya tidak lah kalah.

"Kalau kualitas kita mengimbangi, bahkan bisa lebih. Tapi tergantung harga," jelas dia.

Menurutnya, harga produk kerajinan buatan China memang lebih murah. Ini yang menjadi tantangan tersendiri bagi Pak Haji dan perajin lainnya dari Desa Cibatu.

"Kita harus bisa mengimbangi. Harga dan kualitasnya," ungkap dia.

Harga pisau sangkur produk China, kata dia, bisa dijual dengan harga Rp50.000-Rp70.000. Sementara untuk produk sangkur yang sama dan merupakan produk lokal bisa mencapai harga Rp100.000.

"Tapi tergantung jumlah pesanan juga. Kalau makin banyak, makin murah," tutur dia.

Pesanan yang datang dari customer memang terkadang tidak bisa ditebak. Pak Haji menjelaskan, terkadang pemesan melakukan order dalam jumlah yang banyak dan meminta diselesaikan dalam waktu yang cepat.

Untuk itu, dia terkadang membutuhkan tambahan modal. Tujuannya, untuk menyediakan stok atau pasokan barang, khususnya untuk mengantisipasi pesanan mendadak seperti itu.

Untuk itu, Pak Haji telah menjadi debitur dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) selama lima tahun. "(Dana dari bank ) untuk mempersiapkan stok barang. Biar kalau ada yang pesan, sudah ready," kata dia.

Bahkan, dana yang didapatkan dari BNI untuk ekspansi usahanya terus bertambah. Jika dulu hanya Rp50.000, kini dia telah mendapatkan pinjaman sampai Rp200 juta.

"Alhamdulillah, hasil perajin lebih banyak. Lebih meningkat sekira 30 persen. Baik untuk omset dan produksi," jelas dia.

(Feby Novalius)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya