Pengamat pendidikan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta Alif Muarifah menganggap banyaknya pengangguran lulusan SMK memang berdasar. Dia menyebut pihaknya sudah melakukan riset di sekolah-sekolah berkaitan dengan hal tersebut. "Hasil riset kami ternyata anak-anak masih bisa berubah minat setelah duduk di bangku kelas 11 atau kelas 2 SLTA," terangnya kepada KORAN SINDO tadi malam.
Dijelaskannya, tes minat bakat yang diberikan di SMP saat kelas akhir masih terlalu dini. Seharusnya di usia 16 tahun tes minat bakat baru diberikan. "Namun bisa juga persoalan lulusan SMK ini karena proses pembelajaran di sekolah yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Seharusnya SMK melihat kebutuhan pasar dan akan berubah mengikuti pasar," tandanya.
Di sisi lain peran guru juga sangat penting. Begitu juga dengan kurikulum dan laboratorium yang harus siap. "Kompetensi guru harus selalu ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan pasar. Jangan sampai ketika siswa dituntut mengelas yang baik, tapi mereka tidak diajari cara mengelas yang baik. Ini persoalan kompetensi guru," beber pengajar Fakultas Psikologi UAD ini.
Selain itu dia juga menyinggung soft skill anak dan peran orang tua untuk mendukung mereka menjadi pribadi tangguh dan siap kerja. Hal itu lantaran saat ini generasi milenial menjadi generasi yang cenderung manja.
Sebelumnya temuan BPS tentang besarnya pengangguran dari kalangan lulusan SMK memicu keprihatinan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro. "Indonesia memang ada logika yang terbalik. Tingkat pengangguran lulusan SMK mendominasi pengangguran nasional. Tingkat pengangguran SMK lebih tinggi daripada (pengangguran tingkat) SMA. Ini terbalik," kata Bambang saat ditemui di JIExpo Kemayoran, Jakarta, (3/4).
Dalam pandangannya, lulusan SMK seharusnya memiliki peluang kerja yang lebih besar daripada lulusan SMA. Sebab pendidikan SMK merupakan pendidikan vokasi, yakni mempersiapkan siswa untuk bekerja ketika lulus. Berdasar data tersebut, dia menilai ada kesalahan dari sistem pendidikan vokasi. Hal ini yang membuat pemerintah sedang mendorong perbaikan pendidikan vokasi.
Sementara itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menandaskan, kalau merujuk pada laporan BPS per Februari 2019, di sana dinyatakan bahwa jumlah pengangguran SMK telah mengalami penurunan cukup tajam. “Saya kira hal tersebut merupakan dampak dari implementasi Inpres No 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK yang mulai digulirkan 2 tahun terakhir ini. Justru (dari laporan BPS) tamatan diploma dan universitas mengalami kenaikan (tingkat penganggurannya),” katanya kepada KORAN SINDO.