Dina memaparkan, industri perhotelan tentunya memerlukan komponen-komponen pendukung dari industri kreatif lainnya seperti furnitur, kerajinan, interior, dan peranti hotel. Interior, menurut dia, menjadi salah satu nilai jual hotel saat ini, selain sisi fasilitas dan kenyamanan, yang menjadi daya tarik bagi tamu untuk menginap. Desain tata ruang hotel yang Instagramable sering kali menjadi magnet bagi wisatawan untuk membagikannya ke media sosial dan internet.
Untuk itulah perlu adanya perabot, hiasan dinding, dan ornamen yang sesuai dengan karakter hotel dan tren yang sedang berkembang di publik. Menurut Dina, era revolusi industri 4.0 yang berpusat pada penggabungan teknologi otomatisasi dan siber telah mengubah paradigma masyarakat, terutama generasi milenial. Teknologi telah membuat perubahan drastis terhadap desain interior hotel, termasuk furnitur dan ornamen pendukung di dalamnya yang cenderung lebih ringkas, simpel, dan multifungsi.
Tidak mengherankan jika saat ini semakin banyak muncul hotel butik yang hanya memiliki lahan terbatas, tetapi tetap menyajikan interior menarik. “Kini tantangan bagi para desainer interior untuk tidak sekadar menciptakan desain yang sesuai dengan konsep hotel, namun juga harus mengikuti tren dan perilaku konsumen, terutama kalangan milenial, sehingga karya yang tercipta bisa dinikmati oleh para tamu yang berkunjung,” ujarnya.
(Rani Hardjanti)