Smelting Targetkan Produksi Konsentrat Tembaga Sebanyak 1,1 Juta Ton

Koran SINDO, Jurnalis
Senin 24 Juni 2019 10:03 WIB
Ilustrasi Industri Baja: Foto Reuters
Share :

GRESIK – PT Smelting (PTS) menargetkan akan memproduksi konsentrat tembaga sebanyak 1,1 juta ton sepanjang tahun ini. Jumlah olahan itu lebih besar dibandingkan tahun lalu sebesar 900 ribu ton konsentrat tembaga.

”Dari produksi itu, kami telah berkontribusi pada negara dan khususnya di Jawa Timur.

Kami juga sebagai penyumbang terbesar kedua untuk ekspor Jawa Timur,” kata Presiden Direktur PTS Hiroshi Kondo di lokasi pabrik smelter PTS di Gresik, Jawa Timur, Kamis (20/6).

Menurut dia, produksi konsentrat yang diolah PTS diharapkan mampu menghasilkan 291 ribu ton katoda tembaga, asam sulfat 1,04 juta ton, terak tembaga 805 ribu ton, gipsum 31 ribu ton, dan lumpur anoda 2.000 ton.

Sejumlah produk tersebut bisa digunakan untuk bahan baku industri pupuk, industri semen, perusahaan konstruksi, dan masih banyak lagi. ”Pasokan konsentrat tembaga dipasok dari Freeport dan Amman Mineral,” ujarnya.

Baca Juga: Pemerintah Akan Manfaatkan Limbah Smelter Jadi Jalan

Hiroshi yakin ke depan industri smelter akan tumbuh seiring adanya Revolusi Industri 4.0. Pasalnya, industri 4.0 akan meningkatkan kebutuhan katoda tembaga sebagai bahan baku.

Tak hanya itu, pihaknya juga siap berkompetisi dengan investor lain jika ingin membangun smelter. Apalagi pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mewajibkan sejumlah perusahaan tambang untuk membangun smelter sesuai peraturan Undangundang Mineral dan Batubara.

”Keberadaan aturan pemerintah memang ada sedikit kekhawatiran. Tapi, bagi Indonesia itu harus kita dukung. Kita juga siap untuk berkompetisi dengan pihak lain,” kata dia.

Sementara itu, Technical Manager PTS Bouman T Situmorang menambahkan, pasokan PT Freeport Indonesia sebesar 1 juta ton sedangkan Amman Mineral sebesar 100 ribu ton.

Baca Juga: Fluktuasi Tambang Dunia Pengaruhi Harga Patokan Ekspor

Sejauh ini pasokan utama bahan baku PTS dari Freeport, tapi memang terjadi penurunan produksi. Pihaknya menyebut penurunan produksi disebabkan karena peralihan metode penambangan terbuka menjadi penambangan bawah tanah.

”Meski terjadi penurunan produksi Freeport, tapi komitmennya untuk industri dalam negeri tetap stabil. Freeport akan tetap memasok ke PTS sampai cadangan di sana benar-benar habis,” kata dia.

Terkait produksi tahun lalu, menurutnya memang belum memenuhi target produksi 2018. Adapun pada 2018 tidak berproduksi penuh karena terjadi annual shutdown untuk perbaikan dan modifikasi.

”Ini dilakukan dan penting untuk smelter dalam mencapai kinerja operasional yang lebih baik ke depannya,” ucap dia.

Manager General Affair PTS Saptohadi Prayetno menyatakan, selain beraktivitas bisnis di Indonesia, PTS juga aktif melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR).

PTS melaksanakan program CSR pendidikan, kesehatan, binaan usaha rakyat dan lingkungan seperti menanam pohon bakau. Selain itu, PTS juga melakukan konservasi dan pelindungan satwa elang jawa di Taman Gunung Gede Nasional Pangrango.

”Untuk tahun PTS menganggarkan dana CSR sebesar Rp5 miliar. Anggaran itu lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sebesar Rp3-4 miliar,” katanya. Sebagai perusahaan peleburan dan pemurnian tembaga, PTS juga berhasil mencatatkan rapor istimewa di bidang lingkungan hidup.

Tercatat dari 2003 sampai 2018 PTS berhasil mendapatkan enam kali PROPER Hijau dan empat kali PROPER Biru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

”Sepanjang sejarah, PTS belum pernah mendapatkan rapor merah dan hitam. Kita selalu mendapatkan rapor bagus dari KLHK. Tidak menutup kemungkinan ke depan kami mendapatkan PROPER Emas,” tuturnya.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya