Utang yang dilakukan sektor ini terdiri dari utang tetap dan mengambang. Dengan penurunan suku bunga acuan, praktis utang mengambang ikut turun.
"Ongkos bunga ikut turun otomatis net income bisa meningkat," imbuh dia.
Selain itu, penurunan suku bunga bisa meningkatkan minat konsumen untuk mengambil kredit pemilikan rumah (KPR). "Tapi meningkatnya tidak signifikan, itu tergantung daya beli," ujar Frederik.
Baca Juga: Ini Alasan BI Berani Turunkan Suku Bunga Jadi 5,75%
Sementara Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan, penurunan suku bunga acuan ini disebabkan meredanya tekanan eksternal yang akan membuat defisit transaksi berjalan pada 2019 diperkirakanlebih rendah dibandingkan 2018.
Disampaikannya, berdasarkan kajian hingga Juli 2019, defisit transaksi berjalan tahun ini akan lebih rendah dibanding defisit pada 2018 yang sebesar 2,98% produk domestik bruto. Namun Perry belum menyebutkan besaran spesifik perkiraan defisit transaksi berjalan 2019 tersebut.
"Defisit transaksi berjalan 2019 akan lebih rendah dibanding 2018 yang hampir menyentuh 3% PDB. Kira-kira di rentang 2,5-3,0% PDB," ujar dia.
Baca Juga: BI Masih Buka Peluang Penurunan Suku Bunga Acuan
Pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral ini adalah yang pertama kali sejak delapan bulan lalu atau November 2018 ketika suku bunga kebijakan dinaikkan ke level 6% untuk membendung keluarnya aliran modal asing pada 2018. Secara total, pada 2018, otoritas moneter menaikkan suku bunga acuan sebanyak 1,75% hingga ke level 6%.
Dengan pemangkasan suku bungatersebut, bank sentral juga menurunkan suku bunga penyimpanan dana perbankan di BI (deposit facility) dan bunga penyediaan dana bagi perbankan (lending facility), masing-masing ke 5% dan 6,5%. Dewan Gubernur Bank Sentral menyatakan keputusan ini merupakan hasil pertimbangan bank sentral terhadap kondisi ekonomi global maupun domestik.
(Rani Hardjanti)