JAKARTA - Presiden Direktur Go-Jek Andre Soelisty menyebut bahwa Go-Jek saat ini telah didanai oleh berbagai investor asing yang berkapasitas besar. Di mana platform teknologi on demand ini telah menambah daftar investornya dengan Visa dan Mitsubishi. Tapi dirinya enggan memberitahukan nominal dan di bidang apa kedua investor tersebut mengucurkan dananya.
"Investor baru Go-Jek itu seperti Mitsubishi dan Visa. Dengan kerja sama ini ada yang dukung kita jadinya payment menjadi tonggak financial inclusion," ujar dia saat konferensi pers di kantor Go-Jek, Jakarta, Senin (22/7/2019).
Baca Juga: Kini Go-Jek Menjelma Jadi Decacorn
Untuk diketahui, Go-Jek sudah menyandang status decacorn dengan valuasi USD10 miliar atau Rp140 triliun.
Dia menuturkan, banyaknya investasi masuk ke Go-Jek merupakan bentuk apresiasi dan kepercayaan dari para pemain global. Terutama bagi investor asing yang tahu betul bahwa start up di negara emerging market perlu mitra yang kuat agar tetap bisa berkembang.
"Kita ambil contoh Google, perusahaan teknologi yang dipakai semua orang. Kita tahu Google salah satu perusahaan terbesar dunia. Maka itu mereka percayakan Go-Jek untuk berdayakan negara emerging, untuk bantu secara real," tutur dia.
Baca Juga: Go-Jek Ganti Logo, Nadiem Makarim: Kami Hadir untuk Pecahkan Masalah Teknologi
Dia menjelaskan mayoritas investor asing ini melakukan pendanaan seri F yang membuat pendiri perusahaan dapat menjadi pengelola utama perusahaan. Artinya, investor mempercayai pendiri untuk mengendalikan bisnisnya. "Astra juga percayakan adanya perubahan dari kami. Kami senang dalam pendanaan seri F yang kami jalankan kebanyakan dari existing shareholder," ungkap dia.
Dia menambahkan pendanaan Seri F yang telah dilakukan Go-Jek dipimpin oleh Google, JD.com, dan Tencent, serta beberapa investor lainnya termasuk Mitsubishi Corporation dan Provident Capital.
"Setelah itu, para pendiri Go-Jek tetap memiliki kontrol terhadap pengambilan keputusan dan penentuan arah kebijakan perusahaan," kata dia.
Dia juga menceritakan pada tiga tahun awal Go-Jek berdiri di mana tidak ada satupun yang bersedia mendanai Go-Jek. Hal tersebut membuat Founder sekaligus CEO Go-Jek, Nadiem Makarim mencari sumber pendanaan secara pribadi.
"3-4 tahun tidak ada yang danai jadi bersusah-susah pinjam uang dari teman, keluarga. Bahkan saya kerja di tempat lain untuk cari mencari nafkah dan danai Go-Jek," ujar Nadiem.
Dia mengaku tidak pernah menyangka start up besutannya ini akan menjadi sebesar sekarang di mana banyak investor bersedia mengucurkan dananya. Semua bermula sejak tahun 2015 Go-Jek mulai menerapkan teknologi di aplikasinya.
"Jadi, apabila ditanya apa Gojek akan jadi sebesar sekarang jawaban saya pasti tidak ada dugaan sama sekali. Go-Jek bergerak sendiri berevolusi di bidang teknologi dan kemanusiaan," pungkas dia.
(Dani Jumadil Akhir)