Intip Biaya Pernikahan di Beberapa Negara, Masihkah Perlu Ngutang?

Koran SINDO, Jurnalis
Selasa 23 Juli 2019 11:36 WIB
Pernikahan (Reuters)
Share :

Perencana keuangan Safir Senduk menyarankan pasangan yang ingin menggelar pesta pernikahan bisa mempersiapkan dananya sejak jauh-jauh hari. Dia menuturkan, pernikahan itu intinya ada dua: akad dan pestanya. “Dan yang bikin mahal itu pestanya. Jadi memang harus direncanakanya pestanya,” ujarnya.

Menurut Safir, penggunaan gedung sebagai tempat acara biasanya dipilih oleh para orang tua yang biasanya menanggung biaya pernikahan anak. Namun, kalau si anak sendiri yang membiayai, menikah di gedung bisa terasa sangat mahal. Jadi, kalau si anak yang membiayai sendiri pernikahannya, maka bisa dipilih restoran.

“Atau sekarang mulai ada pasangan yang menikah di coffee shop yang bia sanya memiliki taman outdoor. Jadi, tidak pakai acara makan besar. Dengan demikian, itu bisa menekan biaya, tapi juga tetap berkesan,” ungkapnya.

Safir mengatakan, sebaiknya pasangan menikah tidak menggunakan kartu kredit atau pinjaman ke bank seperti kredit tanpa agunan (KTA) agar pesta mereka terlihat mewah. Alasannya sederhana: pernikahan adalah sesuatu yang bisa diduga.

“Kita sudah tahu kita akan menikah setahun lagi mi salnya dan dalam setahun itu harus disiapkan dananya. “Sama kalau misalnya anak kita lahir tahun 2000, berarti dia akan masuk SD tahun 2006. Lah, kalau pada 2006 kita masih juga tidak punya uang, ya dari tahun 2000 ke 2006 kita ngapain saja?,” ujarnya.

Senada, Perencana Keuangan Eko Endarto mengatakan alangkah baiknya membayar penikahan dilakukan secara debit dan tidak menggunakan kartu kredit. Pasalnya, penggunaan kartu kredit bisa menambah utang lebih besar.

“Kuncinya adalah sesuaikan budget, itu yang penting. Katakanlah paket (pernikahan) disesuaikan dengan kantong. Jadi bukan uang yang menyesuaikan acara, tapi acara yang menyesuaikan uang,” jelasnya.

Psikolog klinis Kasandra Putranto mengatakan memang banyak biaya yang dikeluarkan calon pengantin ketika akan menikah.

“Termasuk di Indonesia yang masih memiliki kebiasaan untuk menyelenggarakan pernikahan dengan mengundang tamu yang cukup banyak. Karena itu, biaya untuk katering cukup besar,” beber Kasandra.

Di Indonesia, belum pernah ada penelitian yang dilakukan untuk mengetahui rata-rata biaya resepsi pernikahan serta berapa persentase pasangan menikah yang terjebak dalam utang untuk membiayai pernikahannya.

“Bedanya dengan di luar negeri, di Indonesia yang menyelenggarakan pernikahan adalah keluarga besar, bukan pengantinnya. Budayanya memang seperti itu,” katanya.

Yang jelas, resepsi pernikahan yang diadakan idealnya harus sesuai dengan kemampuan calon pengantin maupun keluarga besar.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya