JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyarankan Presiden Joko Widodo agar menghentikan impor garam sebagai salah satu pemicu anjloknya harga garam.
"Tadi saya saran ke Presiden soal harga garam supaya itu jangan lagi impor-impor karena saya pikir itu membuat harga garam jadi turun, apalagi impor pada waktu panen," kata Luhut di lingkungan Istana Kepresidenan, dikutip dari Antaranews, Jakarta, Selasa(23/7/2019).
Baca Juga: Alasan Dirut PT Garam Hanya Serap Garam Rakyat 30 Ribu Ton
Pada 2019, realisasi impor garam untuk kebutuhan industri di semester I-2019 telah mencapai sekitar 1,2 juta ton dari alokasi impor yang diberikan di awal tahun sebesar 2,7 juta ton untuk 55 perusahaan.
"Karena kita dengan kira dapat 5.270 hektare yang di Kupang itu produksi garam industri kita tambah 800.000 ton pada 2021. Jadi sebenarnya kita tidak usah lagi impor-impor (garam)," ungkap Luhut.
Baca Juga: Tak Ada Masalah di Tata Niaga, Harga Garam tetap Anjlok
Harga garam di petambak misalnya sempat jatuh beberapa waktu terakhir. Harga garam konsumsi di tingkat petambak di Cirebon, Jawa Barat sempat menyentuh angka Rp400 per kilogram (kg), padahal normalnya Rp750-800 per kg.
"Jadi sekarang ini saya sarankan presiden eloknya tidak usah ada impor-impor lagi lah. Itu bikin kacau. Sekarang dalam perjalanan itu sudah bertahap kan (menghentikan impor)," ungkap Luhut.
Apalagi neraca perdagangan Indonesia saat ini berada dalam posisi defisit.
"Kalau sudah ada (garam produksi dalam negeri) ngapain kita impor? Sekarang yang bikin kita current account deficit kita itu kan terlalu banyak impor. Kita tidak produksi. Sekarang kalau jaringan pasokan sudah jalan seperti yang di Morowali kan sudah jalan tuh dari nikel, stainless steel, carbon steel, katoda, terus kemudian pada lithium baterai nanti home appliances segala macam," ungkap Luhut.
Luhut pun optimistis dengan penghentian impor maka tekanan terhadap defisit transaksi berjalan dapat berkurang.
"Itu ekspor kita tahun lalu saja USD5,8 miliar, tahun ini USD7,3 miliar tahun depan sudah USD13,5 miliar. Jadi baru dari situ. Belum tadi bicara lithium baterai. Jadi dari situ kita lihat current account deficit kita mestinya sangat bagus karena tahun 2023-2024 kita sudah ekspor USD35 miliar," tambah Luhut.
(Feby Novalius)