Apalagi neraca perdagangan Indonesia saat ini berada dalam posisi defisit.
"Kalau sudah ada (garam produksi dalam negeri) ngapain kita impor? Sekarang yang bikin kita current account deficit kita itu kan terlalu banyak impor. Kita tidak produksi. Sekarang kalau jaringan pasokan sudah jalan seperti yang di Morowali kan sudah jalan tuh dari nikel, stainless steel, carbon steel, katoda, terus kemudian pada lithium baterai nanti home appliances segala macam," ungkap Luhut.
Luhut pun optimistis dengan penghentian impor maka tekanan terhadap defisit transaksi berjalan dapat berkurang.
"Itu ekspor kita tahun lalu saja USD5,8 miliar, tahun ini USD7,3 miliar tahun depan sudah USD13,5 miliar. Jadi baru dari situ. Belum tadi bicara lithium baterai. Jadi dari situ kita lihat current account deficit kita mestinya sangat bagus karena tahun 2023-2024 kita sudah ekspor USD35 miliar," tambah Luhut.
(Feby Novalius)