JAKARTA – Pemerintah Indonesia semakin gencar untuk menggenjot kinerja industri manufaktur sebagai penggerak ekonomi nasional. Menteri Perindustrian Agus Gumiang Kartasasmita menyatakan keoptimisan Indonesia dapat mendobrak kinerja industri manufaktur pada 2020.
“Tahun 2020, pertumbuhan industri semoga tumbuh di angka 4,80% - 5,30%. Kami juga terus mendorong terkait jaminan ketersediaan bahan baku sehingga adanya keberlanjutan produktivitas. Hal ini menjadi salah satu upaya menciptakan iklim usaha yang kondusif,” ungkap Menperin, dalam keterangannya, Selasa (7/1/2020).
Baca Juga: Industri Kecantikan Semakin Menguntungkan, Simak 4 Tips Agar Berhasil
Dia menambahkan, kontribusi PDB industri pengolahan nonmigas terhadap total PDB pada 2019 diperkirakan 17,58 – 17,70%. Pada 2020, kontribusi tersebut bakal menanjak menjadi 17,80 – 17,95% seiring dengan pertumbuhan PDB industri pengolahan nonmigas yang semakin membaik.
Oleh karenanya, pemerintah mengejar target untuk investasi, khususnya bidang industri yang berorientasi ekspor, menghasilkan produk substitusi impor, berbasis teknologi tinggi, dan sektor padat karya. Pada periode Januari-September 2019, nilai investasi sektor industri menembus Rp147,3 triliun, dengan nilai kumulatif sejak tahun 2015 sebesar Rp1.216,2 triliun.
Baca Juga: Wujudkan Mimpi BJ Habibie, Kepala BRIN Ingin Jadikan RI Negara Industri
“Kami memproyeksi, nilai investasi di akhir 2019 tercatat sebesar Rp188,8–Rp204,6 triliun,” paparnya. Sedangkan pada tahun 2020, investasi sektor industri ditargetkan berkisar pada Rp307–Rp351 triliun.
Usaha pemerintah untuk mendampingi investasi di Indonesia ialah dengan memprioritaskan industri ke luar Pulau Jawa. Pada tahun 2020-2024, ada 27 kawasan industri prioritas yang direncanakan, yaitu 14 di Pulau Sumatera, enam di Kalimantan, satu di Madura, satu di Jawa, tiga di Sulawesi dan Kepulauan Maluku, satu di Papua, serta satu di Nusa Tenggara Barat.