JAKARTA - Prof Dr Johannes Baptista (JB) Sumarlin meninggal dunia pada hari ini. JB Sumarlin pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan ke-17 pada periode 1988 sampai 1993 era Presiden Soeharto.
Anak Kedua dari JB Sumarlin yakni Sylvia Sumarlin mengatakan, pada hari Minggu, tangan sang ayah tiba-tiba lemas. Di saat bersamaan, penglihatan sang ayah juga tiba tiba kabur sebelah.
"Makan siang di Grand Mahaka tiba-tiba tangan lemas stroke selama ini buta sebelah. 'Gawat nih jangan-jangan stroke," ujarnya saat ditemui di rumah duka di RS Siloam Semanggi, Jakarta, Kamis (6/2/2020).
Baca Juga: JB Sumarlin Hadapi Negara Nyaris Bangkrut Akibat Keuangan Pertamina
Saat itu juga lanjut Sylvia, sang ayah langsung dilarikan menuju rumah sakit. Menurut penjelasan dari pihak rumah sakit, ketika struk maka satu per satu organ tubuh tidak berfungsi.
Namun, sang dokter berusaha memberikan penanganan yang terbaik kepada Dewan Pembina Partai Golkar tersebut. Meskipun saat itu lambung dari sang ayah sudah tak lagi berfungsi.
"Bawa langsung ke RS Carolus rupanya (pada) Minggu (mengalami) stroke mengakibatkan organ satu per satu tidak berfungsi. Dokter upayakan terbaik. Lambung tidak befungsi menyebabkan infeksi ke paru," jelasnya.
Baca Juga: JB Sumarlin Pernah Menyamar demi Brantas Pungli Pajak dan Uang Pensiunan
Menurut Sylvia, sebenarnya memang sang ayah memiliki riwayat penyakit diabetes. Menurutnya jika penyakit ini menyebabkan penglihatannya kabur pada satu matanya.
"Bapak tuh diabet sebenarnya. Jadi diabet lalu kena glaukoma. Jadi matanya sudah kena 30 tahun," ucapnya.
Sebagai informasi, JB Sumarlin lahir di Blitar pada tanggal 7 Desember 1932, JB Sumarlin menempuh pendidikan S1 Ekonomi di Universitas Indonesia. Gelar sarjananya diraih tahun 1958. Kemudian dia menempuh pendidikan S2 di Universitas California Amerika Serikat dan mendapatkan gelar Master of Arts (M.A) pada tahun 1960.
Kemudian, pendidikan S3 nya ditempuh di Universitas Pittsburg Amerika Serikat dan gelar doktor Ph.D didapat pada tahun 1968. Sebelum masuk ke dalam instansi pemerintah pernah bekerja sebagai dosen di Fakultas Ekonomi dan sempat bekerja di sebuah perusahaan industri di Jakarta. Bahkan di masa Revolusi fisik berperan serta bergerilya sebagai anggota Palang Merah Indonesia, dan sebagai anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia) di Jawa Timur
Perjalanan karier di Kementerian Keuangan dirintis sejak melakukan Gebrakan Sumarlin I pada tahun 1987. Pada saat itu menjabat sebagai Ketua Bappenas dan Menteri Keuangan ad Interim. Gebrakan Sumarlin I adalah pengetatan moneter dengan cara menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Hal ini dilakukan pemerintah bersama Bank Indonesia untuk mengatasi perekonomian Indonesia yang menghadapi kesulitan. Gebrakan Sumarlin I berhasil menunjukkan perkembangan yang membaik dengan angka pertumbuhan 5,7% melebihi target rata-rata pertumbuhan 5% (1988).
Pada Kabinet Pembangunan V, dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Keuangan didampingi Menteri Muda Keuangan Nasruddin Sumintapura. Kebijakan yang dikeluarkan untuk mendukung pengendalian inflasi dan memperkuat struktur perkreditan yaitu Paket Kebijakan Deregulasi di Bidang Moneter, Keuangan dan Perbankan (Pako 1988), Paket Maret 1989, dan Paket Januari 1990. Kebijakan ini malah menghasilkan ekspansi kredit perbankan yang berlebihan dan kurang selektif. Pada Maret 1991 Gebrakan Sumarlin II dikeluarkan. Gebrakan II ini mampu mengekang laju inflasi hingga secara berangsur-angsur turun menjadi 4,9% pada 1992.
(Dani Jumadil Akhir)