Hanya saja, kata Enny, bila melihat rilis Badan Pusat Statistik di bulan Mei, inflasi sangat rendah hanya 0,07%. Padahal ada hari raya Lebaran.
"Daya beli masyarakat benar-benar drop. Yang kedua, adalah penjualan ritel yang juga minus untuk bulan April dan Mei, sehingga itu yang menyebabkan potensi kita menghadapi kontraksi ekonomi, kalau tidak disebut resesi atau pertumbuhan minus, itu sangat besar," tambahnya.
Terakhir kali Indonesia mengalami krisis ekonomi masif adalah pada krisis moneter 1997-1998. Enny Sri Hartati mengatakan Indonesia membutuhkan waktu lebih dari lima tahun untuk bangkit.
"Berdasarkan pengalaman kita menghadapi krisis 97-98 saja tidak cukup lima tahun untuk benar-benar pulih. Dampak pandemi itu jauh lebih berat daripada krisis 97-98," tuturnya.
(Fakhri Rezy)