“Banyak dari para pelaku tidak tahu pasar potensial dari produknya, tidak berani menjajakan ekspor, kurang melakukan pemasaran digital, kurang platform e-commerce untuk eksport dan adanya konsekuensi biaya yang tinggi,” ujarnya.
Selain itu, regulasi izin yang berbelit-belit saat hendak melakukan eksport membuat mereka kian malas memperluas bisnisnya ke pasar global. Kemudian, hampir mayoritas bahan baku produksi industri kreatif itu masih mengandalkan impor, sehingga ketika pandemi berlangsung mereka pun juga terdampak.
“Sejak PSBB hampir di seluruh wilayah banyak para pelaku kesulitan mendapatkan bahan baku. Banyak bahan baku dasar kita terus diimpor dari luar negeri. PSBB juga membuat distribusi logistik juga terganggu,” kata dia.
(Fakhri Rezy)