Di Balik Penemuan Vaksin Pfizer, Begini Lika-Liku Pasutri yang Menemukannya

Fadel Prayoga, Jurnalis
Kamis 12 November 2020 10:12 WIB
Vaksin Pfizer Diklaim 90% Bisa Tangani Covid-19. (Foto: Okezone.com/Shutterstock)
Share :

JAKARTA - Uji coba vaksin Pfizer memberi dampak positif terhadap perekonomian, karena vaksin ini 90% bisa menangani virus corona. Penemuan itu berkat kerja keras penelitian dari pasangan suami istri asal Jerman. Keduanya CEO BioNTech, Dr Ugur Sahin dan Chief Medical Officer of BioNTech Dr Özlem Türeci.

Dilansir dari Businessinsider, Kamis (12/11/2020), pasangan ini menempuh jalur pendidikan kedokteran yang berbeda. Sahin, anak seorang pekerja pabrik mobil, mengenal ilmu medis dari buku sains. Sementara, Türeci memang tumbuh dari keluarga yang memang berkecimpung di dunia kesehatan, yang mana ayahnya merupakan seorang dokter bedah.

Sahin dan Türeci Bertemu saat kerja di sebuah Rumah Sakit yang berlokasi di Barat Daya Jerman

Sahin mendapatkan gelar Doctor of Medicine (MD) dari University of Cologne pada 1990. Istrinya, Türeci menorehkan gelar MD dari Fakultas Kedokteran Universitas Saarland.

Mereka menikah 2002 setelah mendirikan Perusahaan Farmasi pada 2001.

Baca Juga: Kisah Pasutri Pembuat Vaksin Pfizer yang Mendadak Jadi Miliarder

Mulai 2000, Sahin dan Türeci bersama-sama memimpin kelompok penelitian di Universitas Mainz. Kemudian, pada 2001, mereka mendirikan Ganymed Pharmaceuticals, yang berfokus pada peran antibodi dalam mengobati kanker. Ganymed dilirik oleh pasangan kembar identik yang merupakan miliarder, yaitu Thomas dan Andreas Strüngmann untuk diberikan sokongan dana.

Pada 2002, mereka memutuskan untuk membangun mahligai rumah tangga. Namun, keduanya tak melangsungkan bulan madu karena harus kembali bekerja di laboratorium setelah melangsungkan upacara pernikahan.

Perusahaan Diakuisisi oleh Astellas Pharma dengan Nilai sekitar USD1,4 Miliar Pada 2016

Mereka kemudian menjadi salah satu pendiri BioNTech pada tahun 2008, dengan Sahin sebagai CEO.Sahin juga mengambil peran CEO Ganymed. Sebelum akuisisi Ganymed, dia juga bekerja sebagai penasihat ilmiah untuk BioNTech.

Baca Juga: Uji Klinis Vaksin Sinovac di Brasil Dihentikan, Indonesia Bagaimana?

"Saya memahami bahwa apa yang dapat kami tawarkan kepada pasien kanker di rumah sakit tidaklah banyak, dan kami dapat berbuat lebih banyak dengan membawa penemuan baru ke sisi tempat tidur pasien. Pada tahun 2008, kami menyadari platform lain telah mencapai titik kematangan di mana mereka harus dipercepat menuju vaksin individual, dan BioNTech didirikan," kata Türeci kepada Clara Rodríguez Fernández dari LABIOTECH dalam wawancara tahun 2017.

BioNTech, yang mulai menggunakan imunoterapi dalam vaksin kanker, juga didukung oleh si kembar Strüngmann. Türeci menjadi Chief Medical Officer pada tahun 2018.

BioNTech dan Sahin Mulai Mempersempit Penelitian Virus Corona Pada Januari. Pfizer Bermitra dengan Mereka pada Bulan Maret.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya