NEW YORK - Indeks dolar Amerika Serikat mendekati level terendah dalam dua tahun terakhir pada perdagangan Senin waktu setempat. Indeks dolar turun ke level 90,419 atau terendah sejak April 2018.
Pelemahan dolar karena mata uang berisiko mendapat dorongan dengan kemajuan vaksin Covid-19 dan kemungkinan rencana bantuan virus corona AS.
Baca Juga: Indeks Dolar AS Menguat di Akhir Pekan
Amerika Serikat kedatangan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer Inc dengan mitranya dari Jerman, BioNTech SE pada hari Senin. Kedatangan vaksin tersebut pun memberikan harapan setelah AS kehilangan 300.000 nyawa akibat virus corona.
Hadirnya vaksin pun menjadi sentimen negatif pada indeks dolar yang sebelumnya turun ke level 90,419.
Baca Juga: Indeks Dolar AS Melemah usai Bank Sentral Eropa Kucurkan Stimulus
“Ini adalah salah satu hari di mana masyarakat berharap suksesnya pendistribusian vaksin ini. Ini juga menciptakan risiko yang sangat kuat," kata Pedagang Valuta Asing Senior dan Ahli Strategi Tempus, Juan Perez, dilansir dari Reuters, Selasa (15/12/2020).
Vaksindatang ketika negosiator dalam Kongres AS mendekati kesepakatan tentang pengeluaran stimulus secara besar-besaran yang akan memberikan bantuan baru kepada negara yang dilanda virus corona.
Anggota parlemen menghadapi tenggat waktu pada Jumat sehingga bergegas untuk memberikan keputusan akhir tentang stimulus sebesar USD1,4 triliun untuk tahun fiskal yang dimulai pada 1 Oktober. Rencana bantuan bipartisan Covid-19 senilai USD908 miliar akan dibagi menjadi dua paket.
“Saya pikir ada optimisme bahwa mungkin kita akan dapat memperoleh bantuan. Hal ini sangat negatif bagi dolar," kata Analis Pasar Pialang Valuta Asing OANDA, Ed Moya.
Sementara itu, Pound menguat setelah Inggris dan Uni Eropa sepakat melanjutkan pembicaraan Brexit pada Minggu. Pound naik 0,79% terhadap dolar di level USF1,3324.
Dolar Australia dan Selandia Baru sebagai mata uang berisiko juga naik. Dolar Selandia Baru mencapai level terkuat sejak April 2018 di USD0,7086. Aussie naik 0,07% versus dolar di USD0,7539.
(Feby Novalius)