JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berencana menerbitkan enam seri Surat Berharga Negara (SBN) ritel pada tahun ini. Penerbitan SBN ritel sebagai salah satu upaya pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 melalui utang.
Tercatat oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman kebutuhan pembiayaan utang tahun ini masih cukup tinggi. Apalagi defisit APBN 2021 ditetapkan sebesar Rp1.006,4 triliun atau 5,7% dari Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga pemerintah akan memaksimalkan berbagai sumber pendanaan.
Terkait hal itu, Okezone telah merangkum beberapa fakta, Sabtu (30/1/2021).
Baca Juga: BI Lakukan Pembelian SBN Rp13,6 Triliun di Awal 2021
1. Utang Indonesia Paling Kecil di Antara Banyak Negara
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat utang Indonesia di 2020 masih kecil. Rasio utang publik di berbagai negara meningkat signifikan, bahkan negara lain seperti Amerika Serikat (AS) dan Malaysia memiliki rasio utang hingga 100% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, rasio utang publik Indonesia sepanjang 2020 mencapai 38,5% dari PDB. Rasio itu jauh di bawah Filipina dengan rasio utang publiknya mencapai 48,9% terhadap PDB dan Vietnam 46,6% terhadap PDB.
2. 6 SBN Ritel Siap Diterbitkan Tahun Ini
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berencana menerbitkan enam seri Surat Berharga Negara (SBN) ritel pada tahun ini. Penerbitan SBN Ritel sebagai salah satu upaya pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 melalui utang.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman mengatakan, penerbitan SBN ritel dilakukan mulai yang konvensional maupun syariah seperti Obligasi Ritel (ORI), Saving Bond Ritel (SBR), Sukuk Tabungan (ST), dan Sukuk Ritel (SR). Pada 2021 pemerintah berencana menawarkan enam seri SBN ritel dijual online. Seri pertamanya dimulai dengan penerbitan ORI019.