Dimulai sejak 2017, omzet warung yang dikelola 10 KPM itu terus mengalami peningkatan, terutama setelah warung PKH ‘Sendang Rejeki’ didaftarkan sebagai agen pencairan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) pada 2018 untuk KPM yang ingin mencairkan bantuan berupa beras dan telur, serta agen BRILink.
“Awal mulanya, omzet kita paling sekitar lima jutaan setiap bulan. Terus makin ke sini, ada program BPNT, program sembako, itu omset naik kira-kira sekitar Rp15 juta tiap bulan,” ucapnya.
Tidak berhenti disitu, di masa pandemi Covid-19 di mana ada penambahan jumlah KPM, dikatakan Yuni, berdampak langsung pada omzet warung PKH, hingga kini menyentuh angka 30 juta rupiah per bulan.
“Terus setelah ada Covid, ada perluasan penambahan KPM, jadi KPM lebih banyak lagi (yang belanja di warung KPMnya), ada 128 KPM, uang bantuannya juga naik, yang tadinya 110 ribu jadi 200 ribu, terus kita omsetnya juga nambah jadi sekitar 30 juta,” bebernya.
Adapun salah seorang KPM dari Kabupaten Temanggung, yang mengelola Warung PKH ‘Sendang Rejeki’, Alfiyah (38), tak menyangka ajakan awal Pendamping PKH di desanya membawanya ke titik sekarang.
Dia menuturkan lewat Pertemuan Kelompok dalam PKH atau P2K2 yang kerap ia ikuti, Pendamping PKH memotivasi ia dan KPM lainnya tentang keuangan dan kewirausahaan agar dapat meningkatkan taraf hidup dan mencari alternatif sebagai sumber pendapatan sehingga tidak hanya bergantung pada bantuan PKH.
“Awal mulanya, kita tidak pernah berinisiatif untuk membangun warung ini. Tapi ‘kan di PKH itu ada pertemuan rutin tiap bulannya, tiap tanggal 10. Nah, tiap pertemuan itu pendamping selalu memotivasi agar kita bisa, paling tidak, menghasilkan uang, untuk membantu perekonomian keluarga,” kata Alfiyah.