Bulog tak memiliki gudang dengan teknologi memadai dalam penyimpanan beras. Akibatnya, beras yang disimpan di gudang tidak bisa bertahan lama sehingga mudah busuk.
Selama ini, Bulog menyimpan beras hanya dengan mengandalkan memakai valet, sehingga beras tidak bisa bertahan lama.
"Jadi Bulog itu seperti terperangkap. Beli (gabah) nggak bisa, jual (beras) juga nggak bisa. Bahkan beras sisa impor yang 2018 dan 2019 pun belum terjual. Ini yang menjadi problematika dari sisi pengelolaan," kata Dedi.
Dedi mengatakan, dengan kondisi seperti itu, kinerja Bulog membingungkan. Dia mengatakan tugas Bulog itu apa dan yang dikerjakan itu apa.
"Beli tak bisa, jual juga nggak bisa. Andaikan bisa beli impor, setelah impor tak bisa jual juga. Seharusnya Bulog punya peran menyerap gabah petani. Namun gabah petani tak bisa dibeli juga. Misalnya, dari 8 juta ton beras, yang bisa dibeli Bulog paling 30%," katanya.
(Feby Novalius)