JAKARTA - Dolar AS menguat tipis terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Penguatan dolar AS setelah data manufaktur AS menunjukkan kenaikan aktivitas yang lebih kuat dari perkiraan, bahkan ketika kekurangan tenaga kerja dan kurangnya bahan baku membebani produksi.
Lembaga riset Institute for Supply Management (ISM) mengatakan indeks aktivitas manufaktur AS naik pada Mei karena permintaan yang terpendam di tengah pembukaan kembali ekonomi mendorong pesanan.
Dolar AS awalnya diperdagangkan lebih rendah atas laporan tersebut, di mana ISM mengatakan potensi pertumbuhan manufaktur terus terhambat oleh ketidakhadiran pekerja dan penutupan sementara karena kekurangan suku cadang dan tenaga kerja.
Baca Juga: Dolar AS Melemah Lawan Mata Uang Dunia
Laporan tersebut menunjukkan bahwa masalah pasokan di sektor manufaktur berdampak pada perekonomian secara keseluruhan, kata Kathy Lien, direktur pelaksana di BK Asset Management.
"Ini juga memberi tahu kami bahwa momentum yang kami lihat di awal kuartal kedua bisa mulai melambat."
Indeks dolar merangkak naik 0,35 persen menjadi 89,822, tetapi jauh dari tertinggi Jumat (28/5/2021) di 90,447, ketika ukuran inflasi AS yang diawasi ketat oleh Federal Reserve membukukan kenaikan tahunan terbesar sejak 1992.
Bias pasar umumnya menuju dolar yang lebih lemah, kata Vassili Serebriakov, analis valas dan makro di UBS.
"Pemulihan global di luar AS yang tertinggal pada kuartal pertama karena lambatnya vaksinasi kini telah meningkat, terutama di tempat-tempat seperti zona euro dan Inggris," katanya tentang pelemahan dolar baru-baru ini.