5. Ada Korupsi di Garuda Indonesia
Komisaris Independen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Yenny Wahid mengakui ada korupsi di pesawat Garuda Indonesia di masa lalu yang sarat praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
"Sebagian pelakunya telah dipidanakan, namun efeknya tetap kami rasakan sampai sekarang karena kontrak pesawat bersifat jangka panjang," ujarnya beberapa waktu lalu.
Pengadaan beberapa pesawat Garuda Indonesia memang bermasalah. Garuda punya pesawat yang tidak pas untuk kebutuhan topografi Indonesia. Contohnya pesawat Bombardier CRJ1000. Pesawat ini tidak cocok di Indonesia karena membutuhkan runway panjang, padahal rata-rata bandara udara di sini memiliki runway pendek. Pesawat jenis ini tutur ini lebih cocok untuk layanan shuttle di Eropa.
"Nah saat ini kami punya 12 unit. Sekarang kami sedang berjuang agar pesawat-pesawat ini bisa dikembalikan. Tidak mudah karena membatalkan kontrak tentu bisa menimbulkan konsekuensi, salah satunya denda yang cukup tinggi," imbuhnya.
6. Strategi Garuda Indonesia Optimalkan Lini Bisnis
Berdasarkan penjelasan manajemen Garuda Indonesia kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), fokus utama Perseroan kini memastikan keberlangsungan usaha melalui berbagai langkah strategis. Salah satunya optimalisasi lini bisnis.
"Khususnya kargo dan charter, serta pengelolaan cost structure beban operasional baik melalui optimalisasi produktivitas armada, negosiasi bersama lessor, pengelolaan SDM serta restrukturisasi rute penerbangan sejalan dengan trend demand yang ada pada masa adaptasi kebiasaan baru ini," seperti yang dikutip dari keterbukaan informasi BEI,
Manajemen Garuda Indonesia menambahkan, saat ini Perseroan sedang melakukan diskusi dengan konsultan dan pihak Garuda Indonesia akan mengupayakan opsi terbaik, yang akan dikaji dalam upaya pemulihan kinerja.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)