Disampaikannya, ada sejumlah alasan yang membuat investor ritel masih mengurungkan minatnya tersebut, salah satunya terkait dengan harga penawaran saham IPO. "Jadi, itu juga menjadi pertimbangan dalam hal sisi harga, apakah nanti di IPO dijual dengan harga mahal atau bisa terjangkau oleh ritel," kata Roger.
Menurutnya, harga penawaran tersebut penting untuk menilai apakah harga saham unicorn ini tergolong mahal atau murah. Pasalnya, melihat dari kinerja keuangan saham-saham di sektor teknologi saat ini, banyak dari emiten yang masih mencatatkan kinerja yang negatif. "Kami di-ground checking pada nasabah Mirae Asset Sekuritas, juga tidak terlalu banyak yang meminati Bukalapak. Mungkin kalau yang sudah membuka laporan keuangan, juga tidak terlalu banyak peminatnya," ujarnya.
Sebagai informasi, Bukalapak yang nilainya lebih dari US$ 1 miliar akan menggelar IPO dengan menjalani masa bookbuilding & roadshow mulai 28 Juni 2021 dan direncanakan melantai di Bursa Efek Indonesia pada 29 Juli 2021. Perusahaan yang saat ini dipimpin oleh Rachmat Kaimuddin ini bakal menggunakan kode ticker “BUKA”.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)