IPO Unicorn Jadi Penggerak IHSG?

Agregasi Harian Neraca, Jurnalis
Jum'at 09 Juli 2021 14:14 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (Foto: Shutterstock)
Share :

JAKARTA – Perusahaan unicorn, seperti Bukalapak dan GoTo bakal menjadi katalis bagi indeks harga saham gabungan (IHSG) ketika sahamnya tercatat di pasar modal. Namun perlu waktu lama dengan berkaca pada beberapa perusahaan unicorn di Amerika Serikat yang butuh waktu puluhan tahun bisa menjadi penggerak indeksnya.

Namun demikian, dirinya tetap menyakini, saham-saham perusahaan rintisan berstatus unicorn yang akan tercatat di Bursa Efek Indonesia bisa menjadi penggerak utama IHSG, “Berkaca pada saham-saham sektor teknologi yang tercatat di bursa Amerika Serikat saat ini, seperti Apple, Google, atau Amazon bisa menjadi penggerak indeks. Meski begitu, saham-saham tersebut bisa menjadi besar setelah puluhan tahun melakukan IPO,” ujar Senior investment information PT Mirae Aset Sekuritas Indonesia, Martha Christina.

Baca Juga: Daftar Agenda Emiten Hari Ini, Ada yang Bayar Dividen!

Rencana IPO unicorn di BEI, seperti Bukalapak dan GoTo, dinilai bisa menjadi pilihan tambahan untuk investor menanamkan modal. Salah satu daya tarik perusahaan yang bergerak di sektor teknologi adalah pertumbuhannya sangat cepat. Dengan demikian, investor memiliki pilihan untuk berinvestasi pada sektor yang bertumbuh seperti saham teknologi atau menempatkan modalnya di sektor konvensional seperti perbankan, telekomunikasi, atau saham-saham infrastruktur. "Tapi balik lagi bahwa arahnya ke sana karena ada shifting dari yang konvensional ini ke arah teknologi tapi tetap butuh waktu," kata Martha.

Baca Juga: Investor Domestik Bikin IHSG 'Kebal' Covid-19?

Sementara Investment Information Head Mirae Asset Sekuritas, Roger menilai, IPO unicorn memang berpotensi memunculkan minat besar investor ritel melakukan investasi. Namun, untuk saat ini minat tersebut masih belum banyak. Berdasarkan hasil pengecekannya di lapangan kepada nasabah Mirae Asset, peminat investasi di unicorn masih belum terlalu banyak.

Disampaikannya, ada sejumlah alasan yang membuat investor ritel masih mengurungkan minatnya tersebut, salah satunya terkait dengan harga penawaran saham IPO. "Jadi, itu juga menjadi pertimbangan dalam hal sisi harga, apakah nanti di IPO dijual dengan harga mahal atau bisa terjangkau oleh ritel," kata Roger.

Menurutnya, harga penawaran tersebut penting untuk menilai apakah harga saham unicorn ini tergolong mahal atau murah. Pasalnya, melihat dari kinerja keuangan saham-saham di sektor teknologi saat ini, banyak dari emiten yang masih mencatatkan kinerja yang negatif. "Kami di-ground checking pada nasabah Mirae Asset Sekuritas, juga tidak terlalu banyak yang meminati Bukalapak. Mungkin kalau yang sudah membuka laporan keuangan, juga tidak terlalu banyak peminatnya," ujarnya.

Sebagai informasi, Bukalapak yang nilainya lebih dari US$ 1 miliar akan menggelar IPO dengan menjalani masa bookbuilding & roadshow mulai 28 Juni 2021 dan direncanakan melantai di Bursa Efek Indonesia pada 29 Juli 2021. Perusahaan yang saat ini dipimpin oleh Rachmat Kaimuddin ini bakal menggunakan kode ticker “BUKA”.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya