JAKARTA - Induk usaha Giant menutup 395 gerai Giant dan masih belum diketahui berapa yang bisa dikonversi menjadi Hero, IKEA, ataupun dijual ke pihak ketiga. Fenomena perubahan Giant harus dijadikan pelajaran bagi pelaku industri lainnya. Pengamat bisnis Yuswohady mengatakan perubahan Giant jadi bukti perubahan minat konsumen dari belanja di hypermarket ke berbagai format dan kebutuhan yang lain.
"Di era stay at home economy kini industri terbelah menjadi dua. Ada industri-industri yang masuk kelompok the fall yaitu industri-industri yang jatuh terkapar seperti pariwisata, airlines, restoran, bahkan termasuk ritel," ujar Yuswohady di Jakarta , Minggu (1/8/2021).
Baca Juga: Selamat Tinggal! Gerai Giant Resmi Tutup Permanen Hari Ini
Tapi sementara itu juga ada industri-industri yang masuk kelompok the rise atau the winner yaitu industri-industri yang justru menggeliat seperti ecommerce, logistik, streaming services, dan telemedicine.
Baca Juga: Hero Supermarket di Mal Ciputra Berhenti Operasi 30 Juni karena Habis Masa Sewa
"Pelaku industri harus tetap relevan dan survive di era stay at home ini. Karena itu pelaku usaha harus secara adaptif atau agile melakukan giant leap dari kategori industri the fall menjadi the rise," jelasnya.