JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada pembukaan perdagangan pagi ini. IHSG turun 18,04 poin atau 0,29% ke 6.115.
Pada pembukaan perdagangan, Senin (20/9/2021), terdapat 151 saham menguat, 142 saham melemah, dan 227 saham stagnan. Transaksi perdagangan mencapai Rp362,53 miliar dari 676,13 juta lembar saham yang diperdagangkan.
Indeks LQ45 turun 5,47 poin atau 0,64 persen ke 856,96, indeks JII turun 4,05 poin atau 0,75 persen ke 537,99, indeks IDX30 turun 3,21 poin atau 0,70 persen ke 455,81, dan indeks MNC36 turun 1,61 poin atau 0,56 persen ke 288,01.
Baca Juga: 10 Top Gainers Pekan Ini, Saham TEBE Naik 94,72%
Sementara itu, saham-saham yang masuk top gainers, yaitu PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) naik Rp630 atau 13,79 persen ke Rp5.200, saham PT Wilton Makmur Indonesia Tbk (SQMI) naik Rp17 atau 12,41 persen ke Rp154, dan saham PT Arkha Jayanti Persada Tbk (ARKA) naik Rp6 atau 8,45 persen ke Rp77.
Adapun saham-saham yang masuk top losers antara lain, saham PT Global Sukses Solusi Tbk (RUNS) turun Rp40 atau 7,55 persen ke Rp490, saham PT DMS Propertindo Tbk (KOTA) turun Rp14 atau 6,25 persen ke Rp210, dan saham PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) turun Rp16 atau 6,11 persen ke Rp246.
Sementara itu, Direktur Ekuator Swarna Investama, Hans Kwee mengatakan, sentimen pertama IHSG akan dipengaruhi pada kemungkinan pengesahan paket anggaran Presiden Joe Biden senilai USD 3,5 triliun. Dalam paket tersebut di perkirakan mencakup usulan kenaikan tarif pajak perusahaan menjadi 26,5 persen dari 21 persen. Ada kekhawatiran bahwa potensi kenaikan pajak korporasi dapat menurunkan pendapatan perusahaan sehingga membebani pasar.
"Analis Goldman Sachs melihat tarif pajak perusahaan mungkin naik menjadi menjadi 25 persen dan diloloskannya sekitar setengah dari usulan kenaikan tarif pajak pada foreign income. Prediksi Goldman Sachs dampak kenaikan pajak akan mengurangi laba S&P 500 sebesar 5 persen pada tahun 2022. Kenaikan pajak akan jadi sentiment negative bagi Pasar saham USA, tapi berpotensi mendorong aliran dana asing pindah ke negara berkembang," ujar Hans.
Baca Juga: IHSG Sepekan Menguat 0,63%, Ini 4 Faktanya
Selanjutnya, fokus pelaku pasar saat ini adalah pada pertemuan dua hari Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) minggu depan pada tanggal 21-22 September 2021. Para investor memperdebatkan apakah kumpulan data ekonomi yang kuat minggu lalu dapat mendorong Federal Reserve untuk mempersingkat waktunya untuk mengurangi stimulus moneter.
Ada banyak anggota di FOMC yang mendukung dimulainya tapering tahun ini. Tapering mendorong dolar lebih kuat karena menunjukkan The Fed selangkah lebih dekat menuju kebijakan moneter yang lebih ketat. Ini juga berarti The Fed akan membeli lebih sedikit aset surat utang, yang pada dasarnya mengurangi jumlah dolar yang beredar dan meningkatkan nilai mata uang tersebut.
"Penurunan supply dolar dan penguatan dolar mendorong dana keluar dari negara berkembang Kembali ke Amerika Serikat dalam jangka pendek," kata dia.