Hal tersebut menurut Bhima sama halnya dengan sensitivitas naiknya harga minyak mentah terhadap biaya transportasi didalam negeri. Dirinya menjelaskan, saat ini Indonesia masih menjadi importir minyak dengan kenaikan impor migas sebanyak 59,5% secata year-on-year per September 2022.
"Setiap kenaikan harga minyak mentah yang terlalu cepat akan memperbesar kemungkinan naiknya inflasi administered price atau inflasi karena harga yang diatur pemerintah seperti harga BBM, tarif listrik dan LPG," lanjutnya.
Menilik dari hal tersebut, lantas Bhima memperkirakan pada tahun 2022 inflasi Indonesia mencapai 4,5% yang disebabkan oleh krisis energi yang saat ini berlanjut, dan mulai menjalar ke beberapa negara, seperti Jepang.
"Proyeksi inflasi di tahun 2022 diperkirakan mencapai 4,5% karena adanya krisis energi yang berlanjut, Inflasi yang terlalu tinggi akan menimbulkan kontraksi pada pemulihan daya beli kelas menengah ke bawah," kata Bhima.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)