JAKARTA - Kontribusi sektor pertanian terhadap GDP semakin terbatas jika dibandingkan sektor lain seperti sektor industri dan jasa. Pada tahun 2010-2020, sektor pertanian hanya berkontribusi sekitar 12%-13% saja atau stagnan.
"Sementara sektor industri menyumbang 40% terhadap GDP, juga sektor jasa yang menyumbang sekitar 40%. Jadi sektor pertanian hanya menyumbang relatif stagnan kecil," ujar Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti, Senin (8/11/2021).
Baca Juga: 5 Masalah Pupuk Subsidi, Mark Up Harga hingga Kelangkaan
Dia menuturkan, dari sisi pertumbuhan per kuartal, sektor pertanian masih mengikuti siklus bisnis pada masa tanam dan panen. Jika tiba masa panen maka tumbuh relatif bagus. Sementara dari sisi jumlah tenaga kerja sektor pertanian terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
"Pada tahun 2009, mereka yang bekerja di sektor pertanian ada 40%, sementara sektor industri ada 18 % dan sektor jasa tenaga kerja ada 41%. Lama-kelamaan sampai pada 2019 mereka yang bekerja di sektor pertanian menurun hingga hanya 28%," tuturnya.
Baca Juga: Produksi Naik 44%, Kini Petani Makin Untung
Menurut dia, sebagian besar bekerja di sektor pangan dan perkebunan. Adapun tingkat pendidikan pekerja di sektor pertanian hanya lulusan SMP atau kurang.
Hal fundamental lain, tingkat upah di sektor pertanian berupah rendah dan stagnan. Sejak 2012 - 2021, upah pekerja harian sektor pertanian hanya Rp30.730 – Rp52.340 per hari. Tidak heran rumah tangga miskin dari sektor pertanian berjumlah 46,32% dibanding sektor lain.
"Di saat pandemi sedang gawat-gawatnya kemarin, sektor pertanian sempat tumbuh positif. Tetapi sekarang dengan mulai berjalan kegiatan new normal, dengan vaksinasi yang lebih banyak, maka sektor pertanian menampakkan potensi asli, yang bertumbuh tidak sebesar sektor lainnya," tandasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)