JAKARTA - Perang di Ukraina-Rusia dan dikeluarkannya Moskow dari sistem mata uang global menjadi peluang China meningkatkan profil mata uangnya dalam tantangan menghadapi dolar AS.
Rusia mengatakan, pihaknya mengandalkan China untuk membantunya dalam menahan pukulan terhadap ekonominya dari sanksi Barat. Moskow akan menggunakan yuan China dari cadangan devisanya setelah mendapatkan sanksi, yaitu diblokirnya akses terhadap dolar AS dan cadangan euro.
Baca Juga: Tinggalkan Dolar AS, Perusahaan Migas Rusia Perintahkan India Bayar LNG dengan Euro
Dalam sesi di parlemen, Direktur Jenderal Biro Keamanan Nasional Chen Ming-tong mengatakan China selalu ingin untuk menyingkirkan dominasi dolar AS, dan perang dapat meningkatkan penggunaan yuan.
Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping selama pertemuan mereka di sela-sela KTT BRICS, di Brasilia, Brazil, 13 November 2019.
Baca Juga: Negara G7 Tegas Tolak Permintaan Putin Bayar Gas Pakai Rubel
"Baik dalam perdagangan renminbi atau sistem penerbitan mata uang, ini adalah peluang yang harus diambil" oleh China, kata Chen, dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (29/3/2022).
Renminbi adalah nama resmi yuan.
Taiwan, yang diklaim China sebagai wilayahnya sendiri, telah meningkatkan kewaspadaan keamanannya sejak perang Ukraina. Taipei waspada jika Beijing melakukan langkah serupa terhadapnya. Para pejabat Taiwan telah memetik pelajaran yang dapat mereka dan China pelajari dari konflik tersebut.