Gunawan menilai kemungkinan baiknya harga BBM di saat situasi seperti sekarang ini sangat memungkinkan. Jika BBM benar-benar mengalami kenaikan, maka yang paling rentan terpukul adalah masyarakat menengah ke bawah. Lompatan angka pengangguran dan kemiskinan akan terjadi, inflasi akan membuat banyak masyarakat yang jatuh dalam jurang kemiskinan. Angkanya bisa naik cukup tinggi pada bulan maret 2022 mendatang.
"Karena kalau dinaikkan di akhir Agustus ini, September belum akan memberikan dampak besar yang terlihat terhadap penambahan jumlah angka kemiskinan. Tetapi kalau diakumulasikan hingga ke maret 2023 angkanya baru akan terasa. Namun saya masih yakin presentase tingkat kemiskinannya akan di bawah 10%. Pemerintah harus mampu menekan ongkos sosial yang ditimbulkan dari kenaikan harga BBM tersebut," tegasnya.
Di kondisi saat ini, tambah Gunawan, bantuan sosial akan menjadi cara pemerintah meredam kenaikan angka kemiskinan. Jurus ini masih akan digunakan guna menjaga daya beli masyarakat setelah kenaikan harga BBM nantinya.
"Yang patut disayangkan adalah kenaikan harga BBM ini bukan dikarenakan terjadinya pemulihan ekonomi dunia atau nasional. Ada dampak perang yang memicu terjadinya kenaikan harga minyak dunia. Yang bermuara pada tidak terjadinya penambahan pendapatan di masing masing rumah tangga, namun yang terjadi justru kebutuhan hidup mengalami kenaikan," tandasnya.
(Feby Novalius)