JAKARTA - Nilai tukar Rupiah menguat 55 poin pada level Rp15.192 per USD. Salah satu faktor internal pemicu menguatnya mata uang Garuda karena pasar terus memantau perkembangan antisipasi pemerintah hingga tahun depan dalam menahan laju inflasi yang terlampau cukup tinggi.
"Tahun 2023 menjadi salah satu yang menantang terutama untuk pemerintah dalam menghadapi bahaya resesi yang terus menghantui usai beberapa negara di dunia telah mengalaminya. Ketika terjadi resesi, peran pemerintah menjadi sangat penting untuk mendorong demand dari masyarakat," kata Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, Rabu (5/10/2022).
Baca Juga: Rupiah Menguat ke Level Rp15.247/USD, Begini Analisanya
Dia menuturkan, pada 2023, pemerintah ingin mendorong terjadinya konsolidasi fiskal sehingga tentu untuk mendorong demand dari masyarakat menjadi cukup menantang, tetapi masih bisa untuk dilakukan.
Artinya ruang fiskal yang ditargetkan di tahun depan mencapai 2,8% terhadap PDB defisitnya harus dimaksimalkan atau diprioritaskan kepada pos-pos belanja yang bisa memberikan efek ganda ke perekonomian.
Baca Juga: BI Dukung BUMN Diversifikasi Utang RI dengan Mata Uang Selain Dolar
Lebih dari itu, menurut Ibrahim, pemerintah sebenarnya masih dapat membuka opsi untuk menambah defisit anggaran.
"Misalnya menjadi 2,9 atau bahkan 2,95 terhadap PDB untuk mengakomodasi belanja yang diperuntukkan untuk masyarakat langsung seperti misalnya bantuan sosial," ucapnya.
Di samping itu, ia memprediksi, untuk perdagangan pekan depan, Kamis (6/10) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.180 - Rp15.260.
(Feby Novalius)