Besar perusahaan (company sizing) sangat tergantung dari jumlah total angka rupiah hasil penjualan produkproduknya ke pasar domestik Indonesia secara nasional, dari Sabang sampai dengan Merauke. Principal ini kemudian dalam menjalankan usahanya dilakukan dengan cara mengangkat/ menunjuk beberapa distributor sebagai “agen resmi” mereka dalam mendistribusikan produkproduk ke dunia industri yang ada di tanah air. Tujuan dari penunjukkan distributor ini adalah: agar lebih mudah berkomunikasi serta lebih dekat dengan pasar, mampu membangun stok sampai ke kawasan-kawasan industri bahkan ke daerah yang jauh dari pusat-pusat perkotaan.
Dengan demikian, keberadaan distributor – sebagai kepanjangan tangan principal – secara geografis akan berada di seluruh wilayah Indonesia baik di perkotaan maupun di sentra-sentra 5 industri. Para distributor tersebut – diberi istilah stockiest 1 –sebenarnya siapa juga mereka itu? Mereka adalah para perusahaan domestik (lokal) yang membangun stok terhadap produkproduk yang dibuat/ di produksi oleh perusahaan asing PT. HIJKLM tersebut dan group perusahaan di dunia sebagaimana dijelaskan di atas, guna disimpan dan diperjualbelikan di Indonesia, dimana produk-produk dimaksud seluruhnya merupakan konsumsi sistem-sistem permesinan dalam berbagai segmentasi industri mulai dari industri berat sampai dengan ringan yakni; berupa komponen mesin maupun sebuah sistem yang agak kompleks yang tujuannya untuk menjaga kelangsungan hidup dari mesin-mesin – terutama mesin yang berputar (rotating equipment).
Sang principal biasanya melakukan impor dari pabrik-pabrik dalam satu group perusahaan dimana lokasi pabrik-pabrik dimaksud bertebaran di berbagai negara dengan berbagai belahan kontinen di dunia. Sebut saja produk (barang) tipe K diproduksi di Jerman sedangkan tipe L dibuat di China, dan seterusnya. Nah, barang-barang ini kemudian masuk ke dalam negeri langsung diteruskan ke para distributor yang sudah melakukan pemesanan sebelumnya, sehingga barang yang masuk harus sudah sesuai pesanan. Kemudian pembayaran dilakukan oleh distributor sesuai waktu yang disepakati dimana semua hal dan aktivitas jual beli ini dituangkan dalam perjajnijan “principal vs distributor”.
Para distributor yang sekaligus stockiest ini secara prinsip organisasi perusahaan adalah perusahaan perorangan yang berdiri sendiri tanpa keterikatan apapun dengan PT. HIJKLM, baik permodalan maupun legal lainnya termasuk aspek kesejarahannya, sehingga benar-benar “independent company”. Adapun secara kepemilikan, sebagian besar/ mayoritas adalah berbasis keluarga atau family-owned business yang praktek pengelolannya dilakukan secara turun temurun dari kakek-ke-ayah, dari-ayah-keanak dan seterusnya. Sedangkan dari aspek permodalannya – sebagaimana perusahaan keluarga yang ada di Indonesia; setidaknya, tidak terlalu terbuka dalam ‘financial exposure-nya” – lebih kepada “urusan klasik pinjam meminjam keluarga”, ada pula dengan pinjam meminjam semacam model perbankan konvensional dan ada pula yang mengandalkan sistem perbankan berbasis syariah.
Dalam banyak kesempatan kami selama bekerja sekaligus berinteraksi, yakni; saya dan team distributor tersebut baik dari level pemilik (owner) sampai kepada staf-nya sering berbincang-bincang ringan tentang berbagai isu termasuk perihal sejarah perusahaan mereka yang kadang-kadang masuk ke aspek keuangannya. “Dulu toko kami itu pak, paling luasnya 12- meter persegi dan adanya di bilangan Lindeteves Glodok (sekarang, disaat kita ngobrol-ngobrol tersebut), kata salah satu owner perusahaan yang berkedudukan di Jakarta”.
Jangan lihat ukuran sekarang ya pak, dulu mah se-uprit! Kami masih pake etalase kaca yang setiap pembeli langsung bisa melihat dan menunjuk komponen mana yang dia mau, model warteg gitu pak, sambil tersenyum beliau melanjutkan. Waktu itu ayah saya belum punya duit bikin etalase kayak gitu, jadi ayah utang dulu ke bibi saya (kakak ayah) dan akan diganti begitu udah ada duitnya, terus ongkos sewa toko itu – kalau tidak salah - sekitar Rp. 600.000 (enam ratus ribu rupiah) setahun di jaman itu yang kata beliau sekitar pertengahan 60-an sd awal 70-an, itu kata ayah disaat saya masih kecil; sang owner lanjut bercerita. Jadi begitulah perusahaan kami ini mulai berjalan, cerita beliau di bagian-bagian akhir ceritanya.