Tentang Keadilan yang terusik. Di dalam perundingan awal kerjasama partnership sebaliknya dibahas lebih terperinci tentang: nature bisnis dari produk-produk yang didistribusikan dan diperjualbelikan. Hal yang berikutnya adalah model-model kerjasama yang dikehendaki baik oleh principal dan juga nyaman bagi “kandidat” distributor. Selanjutnya, dibahas juga rencana-rencana kedepannya sesuai perkembangan jaman walaupun masih bersifat prediksi. Dan berikutnya adalah; agar tidak melupakan juga menetapkan dan menyepakati jadwal pertemuan regular atau terjadwal (regular meeting) yang isinya membahas semua isu yang tejadi selama kerjasama ini berlangsung dan sedapat mungkin diberikan solusinya bilamana ditemukan ada isu-isu yang mengganjal.
Pada point ini sebaliknya dilakukan kajian terlebih dahulu dalam menetapkan status ekslusif dan non ekslusif bagi distributor, walaupun seiring perjalanan waktu status “ke-distributor-an” dapat berubah dengan alasanalasan tertentu, seperti misalnya tidak tercapainya target penjualan yang sudah disepakati secara bersama dalam beberapa tahun berturut-turut (consecutive year), pembayaran yang bermasalah serta hal-hal lain yang telah sepakat untuk dipatuhi secara bersama-sama. Berbicara keadilan lebih kepada nilai rasa yakni rasa adil itu sendiri. Intinya adalah setiap distributor merasa diperlakukan adil oleh principal-nya. Kondisi ini yang secara ideal diusahakan agar bisa tercapai.
Persoalan disparitas harga. Salah satu kerumitan yang paling banyak menyita waktu adalah pembahasan masalah harga baik diawal perundingan, di saat berjalannya kerja sama serta disaat review tahunan (annual review meeting) antar kedua belah pihak. Persoalan yang biasanya timbul dari isu ini antara lain: adanya paralel import, price campaign dari principal guna memenuhi target penjualan tahunan dan model (kiat-kiat) bisnis dari para distributor dalam menjalankan roda perdagangannya. “Si OPQR harganya lebih murah, dugaan saya karena dia impor dan masukkin dari luar sendiri”, demikian salah satu owner perusahaan distributor di pulau Kalimantan dan sekitarnya, di ujung telephone sana berbicara kepada saya disuatu waktu. Lho, koq bapak tahu? Coba saya ajak dialog.
“Saya cek sendiri barangnya setelah saya minta diperlihatkan sama customer”, si owner mulai bercerita. Jadi saya khan penasaran, kalau barang tipe X ini khan biasanya si customer beli dari saya, tapi koq sudah +/- 2 (dua) tahun ini koq gak beli-beli lagi? Trus, saya telephone-lah ke koneksi saya di customer tersebut dan akhirnya dia ngaku kalau bisa mendapatkan harga lebih murah dari distributor lainnya, si owner terus bercerita. Lho koq bisa? tanya saya ke koneksi saya tersebut pak. Lalu dia bilang bapak datang saja kesini lihat barangnya, saya beli agak dibanyakin jumlahnya biar kalau ada kerusakan bisa langsung diganti dan kebetulan murah, jadi gak masalah, kata koneksi saya itu pak, si owner melanjutkan ceritanya.